(Arrahmah.com) – Penggunaan teknologi secara konstan seperti smartphone membuat anak-anak sekarang menunjukkan perilaku ambang batas “autis”, ungkap seorang psikiater, McGilchrist, sebagaimana dilansir oleh Independent, Rabu (29/4/2015).
Mantan guru literatur Oxford, yang kemudian mengikuti pendidikan sebagai dokter, mengatakan bahwa anak-anak berumur lima tahun menjadi semakin tidak dapat membaca ekspresi wajah atau menunjukkan empati, dibandingkan dengan anak-anak pada generasi sebelumnya
Ia mengatakan bahwa banyak guru yang harus memberitahukan kepada murid mereka apa maksud dari ekspresi wajah yang berbeda.
McGilchrist juga telah berbicara dengan beberapa guru yang menemukan bahwa sekitar sepertiga dari murid mereka memiliki masalah dengan memperhatikan atau memahami emosi atau memahami ekspresi wajah orang lain. Masalah ini terjadi karena adanya peningkatan teknologi dalam kehidupan anak-anak.
“Dalam lingkungan virtual mereka tidak perlu menafsirkan isyarat halus dari lingkungan kehidupan nyata seperti ketika mereka bermain dengan anak-anak di hutan.”
McGilchrist menambahkan bahwa perubahan peran keluarga memiliki arti bahwa anak-anak sering menghabiskan waktunya di depan TV atau layar tablet sementara orang tua menjalankan multi-tugas, dalam perkembangan yang disebut oleh McGilchrist sebagai suatu perkembangan yang “sangat mengkhawatirkan”.
Namun, para ahli lain mengatakan bahwa permasahannya lebih kompleks. Dr Nadja Reissland, seorang psikolog dari Universitas Durham, mengatakan bahwa klaim dasar McGilchrist yang mengungkakan bahwa anak-anak kurang mampu membaca emosi ketimbang generasi di masa lalu merupakan sebuah “pernyataan besar”.
Dia menambahkan bahwa diperlukan pemahaman yang lebih dalam tentang latar belakang anak-anak ini, dengan mempertimbangkan bahwa mereka mungkin tidak mau mengungkapkan emosi mereka, atau mereka mungkin berasal dari budaya yang berbeda, bisa menjelaskan perubahan ini.
Gangguan spektrum autisme bisa memiliki banyak karakteristik, tapi permasalahan yang mereka hadapi dengan lingkungan sosial membedakan mereka dari gangguan lain. Banyak orang autis tidak memiliki intuisi dalam situasi sosial yang kebanyakan orang alami, yang berarti mereka sering memiliki masalah dalam memahami ekspresi wajah atau memahami emosi orang lain.