ATHENA (Arrahmah.com) – Agama sangat bermanfaat untuk terapi dan memelihara kesehatan jiwa yang diadopsi psikiater dalam mengobati pasien mengalami gangguan kejiwaan melalui konsep BPSS (Biology, Psychology, Social and Spiritual), demikian yang diungkapkan psikiater terkemuka Prof . Dr. dr. Dadang Hawari.
Hal itu disampaikan Profesor Hawari dalam rangka forum silaturahmi dengan warga masyarakat Indonesia di Athena, Yunani, KBRI yang dihadiri Dubes RI Athena Ahmad Rusdi dan Ny Anita Rusdi serta anggota Dharma Wanita Persatuan KBRI, serta warga masyarakat Indonesia.
Sekretaris Pertama Fungsi Pensosbud KBRI Athena, Jani Sasanti pada rabu (8/6/2011) menyebutkan acara yang dilaksanakan dalam format pertemuan masyarakat itu digelar di kediaman Dubes RI, Wisma Duta berlangsung dalam suasana rileks dan penuh kekeluargaan.
Prof. Dadang Hawari yang juga seorang guru Besar Tetap FKUI tersebut mengatakan Agama sangat bermanfaat untuk terapi dan memelihara kesehatan jiwa yang diadopsi psikiater mengobati pasien mengalami gangguan kejiwaan melalui konsep BPSS.
Integrasi ini telah disampaikan dalam berbagai konperensi internasional di bidang ilmu kedokteran jiwa (psychiatry) dan kesehatan jiwa (mental health), ujarnya .
Sebagai latar belakang perkembangan hubungan bilateral RI dan Yunani, Dubes menyampaikan sekilas berbagai dimensi kerja sama antara kedua negara baik di bidang politik, ekonomi, sosial maupun konsuler yang terus berkembang.
Kendati di Yunani ini tengah mengalami krisis. Namun KBRI tetap berupaya mengisi hubungan bilateral melalui sektor budaya dan promosi pariwisata, ujar mantan Kepala Rumah Tangga Presiden RI.
Dalam ceramahnya, Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari menyampaikan maksud kedatangan ke Athena dalam rangkaian perjalanan menghadiri World Psychiatric Association International Congress di Turki, 9-12 Juni mendatang.
Menurut Prof. Dr. dr H. Dadang Hawari yang tidak asing lagi di kalangan pemerintahan, ilmuwan, agamawan, dan masyarakat awam yang memilih ilmu kedokteran jiwa sebagi spesialisasi dengan pertimbangan dokter harus mengenal kondisi seseorang secara utuh baik dari sisi raga, jiwa dan terakhir adalah agama.
Prof. Dadang Hawari yang menekuni ilmu kedokteran sejak 1968 ini mengungkapkan konsep agama dalam dunia psikiatri internasional telah menjadi bagian integral sejak tahun 1993. Untuk itu dalam menganalisa seorang pasien juga harus diteliti dari sisi agamanya, dan dalam prakteknya selama ini sangat membantu kesembuhan pasien-pasiennya.
Menurut Profesor Hawari, semua Agama, telah secara jelas menyiratkan perintah dan larangan bagi pengikutnya dan merupakan petunjuk hidup yang harus dijalankan secara benar. Dalam lingkup agama Islam misalnya, Rukun Islam dan Rukun Iman, merupakan pedoman hidup dalam berumah tangga dan bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Seperti yang diketahui Prof. Hawari telah menulis puluhan buku mengenai kejiwaan, keagamaan dan penyalahgunaan narkotika termasuk karyanya berjudul ‘Managemen Stress, Cemas dan Depresi’, ‘Doa dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis’, serta ‘Dimensi Kesehatan Jiwa dalam Rukun Iman’.
Ia menjelaskan dengan menjalankan Rukun Islam dan Rukun Iman, seorang muslim mampu mengendalikan diri dan tercegah segala perbuatan keji dan munkar. Selian mengingatkan dengan Mo-Lomo (5-M), seperti dituangkan dalam bukunya berjudul ‘Gerakan Nasional Anti Mo-Limo’ dan ‘Love Affairs (Perselingkuhan) Prevensi dan Solusi’.
Pertama, madat alias narkotika, kedua, minuman keras, yang dapat merusak jiwa dan raga manusia, ketiga, main judi sehingga dapat membawa kerugian moril maupun materiil bagi bangsa. Keempat maling termasuk korupsi dan kelima madon atau main perempuan, prostitusi, pelacuran, dan penyimpangan seksual lainnya.
Menurut Prof. Hawari, orang yang meyakini rukun iman tersebut dapat terpelihara jiwanya dari kelima penyakit tersebut untuk itu ia mengajak masyarakat Indonesia di Yunani menekuni ajaran dan aturan agama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing masing. Kepada warga beragama Islam, mempelajari dan menjadikan Al Quran sebagai rujukan bagi tiap persoalan yang dihadapi dalam berkehidupan dan bermasyarakat.
Lebih dari itu, pada dasarnya mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam adalah fardlu ‘ain, terlepas apakah ada manfaatnya untuk kesehatan atau tidak. Karena pada hakekatnya, sebagai Muslim kita harus meyakini dan memahami betul makna penciptaan kita, yakni bahwa Allah tidak menciptakan Jin dan Manusia selain untuk Menyembah Nya. Dengan demikian, dalam keadaan sakit ataupun sehat, miskin ataupun kaya, senang ataupun duka, peribadatan yang kita lakukan adalah untuk mencari Ridha-Nya. (ans/rasularasy/arrahmah.com)