(Arrahmah.com) – Dari Abu Mush’ab Abdul Wadud kepada saudara-saudaranya para pimpinan dan anggota Majlis Syura di kawasan Sahara Raya:
Saya memuji syukur kepada Allah atas kalian, yang tidak ada ilah selain Dia, dan memang Dialah Dzat yang layak untuk dipuji. Saya ucapkan shalawat dan banyak-banyak salam kepada makhluk terbaik-Nya, pemimpin kita Muhammad, dan kepada keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du:
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته
Saya memohon kepada Allah agar surat saya ini sampai kepada kalian sedangkan kalian bersama para ikhwah yang bersama kalian dalam kondisi yang paling baik, agama dan dunianya.
Lembaran surat ini berisikan sejumlah arahan dan nasehat yang disampaikan oleh jajaran pimpinan organisasi (Al-Qaeda Maghrib Islam/AQIM) kepada para ikhwah pimpinan di wilayah Sahara Raya agar dilaksanakan. Karena ini merupakan bagian dari bentuk pemantauan yang terus-menerus, dan pemberian nasehat serta arahan yang berhaitan persoalan-persoalan baru yang terjadi di kawasan Sahara.
Kami telah berusaha untuk menyinggung secara sekilas dalam lembaran ini mengenai gambaran umum dan sikap terbaik yang kami pandang selaras dengan realita yang rumit dan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara cepat yang berkaitan dengan proyek Islam dan Jihad di wilayah Azawad.
Sebuak proyek vital dan sangat penting bagi kita dan bagi Jihad kita pada periode yang sangat genting dan sensitif ini, yang mengharuskan kita semua untuk memeliharanya secara khusus dan mengharuskan kita untuk menyiapkan sarana-sarana kesuksesan dan semaksimal mungkin menghindari faktor-faktor kegagalan.
Setelah kami melakukan diskusi dan kajian dalam pertemuan-pertemuan Majlis Syura belakangan ini mengenai permasalahan ini, maka diputuskanlah agar kami memberikan arahan dan nasehat kepada kalian berikut ini, lantaran permasalahan ini adalah permasalahan yang memiliki urgensi sangat besar dan tantangan untuk masa yang akan datang terhadap Jihad kita dan terhadap proyek kita secara keseluruhan. Dan arahan ini kami bagi menjadi enam poin pokok:
- Gambaran umum tentang proyek Islam dan Jihad di Azawad.
- Identifikasi kondisi organisasi Al-Qaeda (AQIM) untuk periode ini, dan menentukan tabiat program internal maupun eksternalnya.
- Siasat terbaik dalam berinteraksi dengan berbagai unsur masyarakat Azawad, juga dengan berbagai pihak luar negeri.
- Catatan-catatan penting terhadap putusan kesepakatan antara Ansharuddin dengan gerakan MNLA (Gerakan Nasional Kemerdekaan Azawad).
- Gambaran tentang pembetukan dan pengendalian pemerintahan sementara.
- Arahan-arahan penting tentang interfensi militer yang diprediksikan akan terjadi.
Kami memohon kepada Allah agar memberikan pelurusan, petunjuk dan bimbingan kepada kami dan kepada para ikhwah terhadap apa yang dicintai dan diridhai-Nya.
Gambaran umum tentang proyek Islam dan Jihad di Azawad
Pandangan seseorang terhadap sesuatu itu merupakan bagian utama dari pemahaman dia terhadap sesuatu tersebut. Dan selama pandangannya itu tidak benar dan tidak mencakup seluruh aspek permasalahan yang mesti dikaji; maka perencanaan dan keputusan yang diambil akan pincang, jika tidak kita katakan salah. Kaitannya dengan proyek kita ini, maka sangatlah penting bagi kita untuk menempatkan dalam pertimbangan kita – di sela-sela pandangan global kita terhadapnya – dua perkara penting:
Pertama: Bahwa kekuatan adidaya yang mendominasi dunia internasional hari ini meski ia mengalami kelemahan dan kemunduran akibat terkurasnya kekuatan militer dan krisis ekonom, namun demikian ia masih memiliki banyak ‘kartu’ yang menjadikannya masih mampu untuk menghalangi berdirinya Daulah Islam di Azawad di bawah pimpinan mujahidin dan aktifis Islam.
Atas dasar itu, maka sangatlah mungkin – atau bahkan pasti – akan terjadi interfensi militer baik secara langsung maupun tidak langsung, atau embargo ekonomi, politik dan militer secara total, tekanan yang bermacam-macam, yang pada akhirnya akan memaksa kita untuk kembali ke basis-basis pertahanan belakang kita, atau membangkitkan masyarakat untuk menggulingkan kita akibat kelaparan yang terencana dan pemutusan bantuan serta gaji, atau memperuncing pertikaian antara kita dengan gerakan-gerakan politik bersenjata lain di kawasan dengan cara memperbanyak titik-titik perselisihan, memancing masalah dan menggunakan siasat ‘tongkat dan wortel’ untuk menggiring kelompok-kelompok tersebut memusuhi kita.
Dan setelah kita mengambil pertimbangan mengenai faktor yang penting ini;
- Kita tidak boleh terlalu berlebihan dan ngawur dalam mengambil keputusan dan menganggap proyek tersebut sebagai sebuah Daulah Islam yang telah kokoh. Ini terlalu cepat dari yang semestinya, wallahua’lam. Justru kita harus bersikap hati-hati dalam perkara ini dan harus lebih realistis, serta melihat perkara ini dari sudut pandang yang lebih luas sehingga dari sana dapat terlihat peluang bersejarah yang tepat yang memang mesti dimanfaatkan untuk berbaur dengan masyarakat Azawad dengan berbagai unsurnya untuk tujuan menyatukan dan mengerahkan mereka agar mau bersama-sama memikul proyek Islam kita dengan cara menyajikan proyek ini sebagai proyek yang adil dan dapat menampung inspirasi-inspirasi mereka yang dibenarkan dan mewarnainya dengan warna Islam yang tulen. Karena masyarakat kita ini adalah masyarakat istimewa yang terletak di atas pundaknya tanggung jawab untuk memenangkan Islam di kawasan ini dan tanggung jawab Daulatul Murobithin yang dahulunya telah berhasil melindungi Islam dan mempertahankan wilayah umat Islam selama sekian waktu lamanya. Dan mereka adalah bagian dari bangsa Islam yang ahli berperang dan yang dijagokan untuk membela Islam dan memikul tugas-tugasnya di kawasan ini pada masa yang akan datang.
Dan ini juga merupakan kesempatan emas untuk membentangkan berbagai hubungan dengan semua lapisan dan unsur masyarakat Azawad baik Arab, Thoriq dan Negro, dengan tujuan untuk semaksimal mungkin mengakhiri kondisi terisolasi secara sosial, politik dan pemikiran antara mujahidin dengan berbagai lapisan masyarakat tersebut, utamanya adalah kabilah-kabilah yang besar, gerakan-gerakan perlawanan penting dengan berbagai pandangannya, para tokoh dan ulama’ masyarakat Azawad, komunitas-komunitas dan kekuatan-kekuatan yang positif.
Dan andai saja kita hanya mampu merealisasikan target yang positif ini dalam pengalaman singkat kita ini, kemudian proyek Daulah kita gagal lantaran satu atau lain hal, ini saja sudah sangat cukup bagi kita meski hanya sebatas ini. Karena dengan begitu kita telah berhasil menaburkan benih awal yang baik di tanah yang subur tersebut dan memberinya pupuk yang bagus untuk memberikan sokongan kepadanya berupa kesempatan untuk tumbuh secara mulus bagi pohon yang selalu kita rindu untuk dapat melihatnya dalam kondisi berdiri dengan kokoh, meskipun harus menunggu waktu.
- Berdasarkan perhitungan faktor yang penting itu pula kita juga tidak boleh terlalu bernafsu untuk menguasai pentas politik dan militer untuk periode ini, dan jangan pula kita menjadi satu-satunya pihak yang berada di muka dan mengendalikan perkara, karena hal itu tidak menguntungkan kita untuk saat sekarang. Akan tetapi justru hendaknya kita berusaha melibatkan kekuatan-kekuatan aktif yang penting dalam mengendalikan perkara, seperti gerakan MNLA, MAA (Gerakan Arab Azawad), dan lain-lain. Gaya seperti ini akan memberikan tiga keuntungan pokok:
Keuntungan pertama: Kita tidak sendirian dalam memikul tanggung jawab atas faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dan pemboikotan yang diprediksikan akan terjadi. Bahkan jika itu benar-benar terjadi – semoga Allah tidak menakdirkannya – dan itu sangat mungkin terjadi, maka yang akan memikul tanggung jawab kegagalan dan embargo itu adalah semua unsur penting yang memiliki tanggung jawab di hadapan rakyat dan semua juga akan melihat permasalahannya secara objektif dan bertanggung jawab.
Keuntungan kedua: Yaitu bahwa pengendalian wilayah dan berdiri menghadapi tantangan dari luar negeri baik dunia internasional maupun regional, adalah sebuah tugas besar yang jauh di luar kemampuan militer, dana, organisasi dan administrasi kita pada saat ini. Maka dari itu sikap yang bijak adalah janganlah kita memikul beban ini sendirian untuk periode ini, akan tetapi kita harus libatkan seluruh pihak yang beroperasi di sini dan semua eleman masyarakat, untuk memikul tanggung jawab ini.
Keuntungan ketiga: Tekanan dari pihak luar dan internasional kepada kita akan semakin ringan.
Kedua: Termasuk hal yang sangat penting adalah kita mesti melihat proyek Islam kita di Azawad ini adalah ibarat seorang bayi kecil yang di hadapannya masih terbentang berbagai macam tahapan yang harus dia lalui sampai ia besar dan dewasa.
Karena bayi yang ada sekarang ini masih pada masa-masa pertamanya yang merangkak di atas kedua lututnya dan belum lagi dapat berdiri dengan kedua kakinya. Maka apakah bijak jika kita sekarang mulai membebaninya dengan beban-beban yang pasti akan menggagalkannya untuk dapat berdiri di atas kedua kakinya, atau bahkan akan menjadikannya tercekik dan menghentikan nafasnya?! Jika kita memang benar-benar menginginkan agar bayi ini dapat berdiri di atas kedua kakinya di dunia yang penuh dengan musuh yang kejam dan selalu mengintai ini, maka kita harus meringankan bebannya, menggandeng tangannya, membantu dan menyokongnya sampai ia dapat berdiri.
Berdasarkan gambaran ini kita membangun fiqih (siasat) menetralkan musuh, menghindari siasat memancing dan menciptakan musuh serta membangkitkan emosinya, dan merusaha keras untuk mencari sekutu, dan hendaknya kita luwes dalam berinteraksi dengan realita, dan hendaknya kita mengalah untuk sebagian hak kita dalam rangka meraih kepentingan yang lebih besar sebagaimana yang dilakukan Nabi kita ﷺ dalam perjanjian Hudaibiyah. Karena tidak semua sikap mengalah kepada musuh itu adalah sikap yang harus ditolak dan juga bukan selalu berarti ridha terhadap kekafiran dan kebatilan. Dan tidak pula setiap sikap memenuhi permintaan mereka itu merupakan perkara mungkar. Kuncinya adalah kita harus memahami bagaimana cara meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan sikap mengalah yang seminim mungkin. Selain itu kita juga harus dapat membedakan dengan baik antara masa lemah yang tengah dilalui si bayi pada saat ini, dengan masa kuat dan remaja di mana ia dapat berdiri dan telah siap untuk menghadapi musuh yang sepadan.
Syaikh kita Usamah bin Ladin rahimahullah di dalam suratnya pada waktu lalu kepada Amir Al-Qaeda untuk wilayah kita ini, mengatakan: “Pada saat kuat, kaum Muslimin memerangi orang-orang kafir, sampai mereka masuk Islam atau membayar jizyah. Namun pada saat kondisinya tidak seperti itu, sikap yang diambil oleh Nabi kita Muhammad ﷺ, orang yang tidak pernah berbicara berdasarkan hawa nafsu ini, pada saat perang Ahzab beliau punya keinginan untuk memberikan sepertiga dari hasil buah-buahan Madinah kepada Ghothofan dengan tujuan agar mereka mau menarik pasukan dan tidak lagi memerangi kaum Muslimin. Kita tidak memerangi dan merampas harta mereka tapi justru kita memberikan sepertiga hasil ekonomi kita – karena hasil perekonomian Madinah pada saat itu adalah buah-buahan –. Maka seorang komandan Muslim yang handal itu adalah yang mau melakukan tindakan seperti ini karena berfikir bagaimana agar hukum Allah itu terwujud pada akhir pergulatan dan bagaimana memenangkan agama Allah meskipun harus memakan waktu. Sikap lain yang mirip dengan ini juga adalah apa yang dilakukan oleh Nabi ﷺ pada perjanjian Hudaibiyah. Di mana ketika terbuka peluang gencatan senjata beliau menerima tawaran gencatan senjata, karena padanya terdapat kemaslahatan yang sangat besar bagi kaum Muslimin. Demikianlah seharusnya kita menapaki jalan Jihad yang memiliki misi meninggikan kalimatullah. Memang kesempatan untuk menegakkan Daulah yang memberlakukan hukum Allah sebagaimana yang kita inginkan itu atas ijin Allah telah terbuka. Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala itu telah menetapkan sebuah aturan main di alam semesta ini, bahwa Negara itu tidak dapat didirikan dalam waktu antara pagi dan sore. Ia memerlukan sejumlah penopang agar ia berhasil. Dari sini dapat dipahami bahwa di antara penopangnya yang terpenting adalah membangun loyalitas yang kuat dengan para kabilah yang memiliki kekuatan.” Sampai di sini nukilan dari beliau.
Dan memang benar apa yang dikatakan oleh Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah, bahwa perbaikan yang kita idam-idamkan itu tidak dapat dicapai dalam waktu pagi dan sore hari. Dan proses (bekerja secara bertahap) itu adalah bagian dari sunnatullah (ketetapan Allah) yang harus diperhatikan oleh setiap pembaharu dan reformis bagi keadaan masyarakat. Lihatlah Sayyidina Umar bin Abdul Aziz. Ketika Abdul Malik, anaknya, masuk menemui beliau seraya berkata: “Ayah, kenapa engkau tidak melaksanakan perintah? (Maksudnya adalah; kenapa engkau tidak memberangus semua perkara yang menyelisihi syariat secara sekaligus). Demi Allah saya tidak peduli sekalipun saya dan engkau direbus dalam periuk demi kebenaran!” Maka Sayyidina Uma rpun menjawab dengan bahasa orang yang yakin dengan langkah yang ditempuhnya: “Jangan terburu-buru wahai anakku. Karena Allah itu telah mencela khamr dua kali dalam Al-Qur’an dan baru mengharamkannya pada kali yang ketiga. Saya khawatir jika saya berlakukan semua kebenaran kepada masyarakat secara sekaligus, mereka akan menolak semuanya secara sekaligus, sehingga timbul bencana.”
Maka takutlah kepada Allah wahai para ikhwah, dalam memahami persoalan yang penting ini. Jangan sampai kalian bersikap kolot yang bertentangan dengan nuansa toleran yang terdapat dalam syariat, dan hendaknya kalian melaksanakan sunnatut tadarruj (ketetapan Allah bahwa semua hal itu ada prosesnya secara bertahap) dalam menjalankan siasat kalian, memperhatikan untung dan rugi, dan menjaga keseimbangan dalam mengukurnya, berdisiplin dengan siyasah syar’iyah yang diperlukan pada periode ini. Karena setiap kesalahan yang terjadi dalam permasalahan ini pada periode yang sangat genting ini, dengan melihat umur bayi yang masih belia ini, itu sama halnya dengan membebani bayi tersebut dengan beban berat pada pundaknya. Dan setiap kali bertambah kesalahan, akan semakin menumpuk pulalah beban tersebut pada punggung si bayi tersebut. San sangatlah mungkin sekali kalau itu terjadi berarti kita telah menghentikan nafasnya secara mendadak, dan kita menjadi penyebab atas kwmatian bayi tersebut. Dengan begitu ini akan menjadi sebuah bencana yang tidak perlu kita herankan lagi, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan apakah tatkala kalian tertimpa bencana padahal kalian telah menimpakan bencana dua kali lipat, kalian mengatakan: Bagaimana ini terjadi? Katakanlah (wahai Muhammad): Ini adalah berasal dari kalian sendiri. Sesungguhnya Alloh itu Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Berkaitan dengan ini kami memiliki beberapa catatan penting seputar beberapa peristiwa yang terjadi di tempat kalian akhir-akhir ini yang menurut kami merupakan tindakan yang salah dan tidak mendukung proyek Islam kita di kawasan ini, dan menurut kami kalian secepatnya harus membenahinya:
- Diambilnya keputusan untuk berperang melawan MNLA, setelah sebelumnya dilakukan pendekatan dan nyaris terjadi kesepakatan dengannya yang hal itu membikin kami senang. Keputusan ini menurut pandangan kami merupakan kesalahan besar yang mestinya sangat mungkin untuk dihindari dan dilokalisir dalam bingkai yang sempit dan terbatas yang jauh dari keputusan untuk perang total. Meskipun banyak alasan yang disampaikan oleh para ikhwah dalam penjelasan-penjelasan mereka yang dipublikasikan melalui berbagai media massa (dengan catatan bahwa tidak ada satu penjelasan pun yang sampai kepada kami dari pihak kalian padahal ini adalah perkara yang sangat bahaya dan besar!!!), namun kami berpendapat bahwa alasan-alasan tersebut semata tidak cukup untuk dijadikan pembenaran atas pengambilan keputusan perang total terhadap kelompok politik terpenting dalam masyarakat yang justru semestinya kita harus berusaha untuk melanjutkan hubungan menuju kesepakatan yang penting tersebut. Dan tidak diragukan lagi, peperangan ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap proyek kita.
Atas dasar itu, sebagai bentuk perbaikan dan pembenahan langkah, maka kami tegaskan kepada kalian agar kalian berusaha memperbaiki situasi dan menambal lubang melalui usaha membangun kembali kesepakatan damai dengan MNLA, dan berusaha sungguh-sungguh untuk membangun kembali musyawarah dengan mereka untuk menyingkirkan berbagai rintangan yang menjadi penghalang kesepakatan damai pada kesempatan yang lalu yang menurut kami ini merupakan langkah mendesak yang harus ditempuh untuk menyatukan barisan internal Azawad untuk persiapan menghadapi tantangan eksternal ke depan.
- Hal lain yang menurut kami juga termasuk siasat keliru yang kalian lakukan adalah: terlalu tergesa-gesa dalam menjalankan hukum syariat dengan tanpa memperhatikan prinsip tahapan pada suatu lingkungan yang didominasi oleh ketidak pahaman terhadap hukum-hukum Islam, dan pada masyarakat yang telah lama tidak berlaku hukum-hukum syariat untuk sekian abad lamanya. Sementara pengalaman-pengalaman yang lalu membuktikan bahwa tidak diperhatikannya efek dari pelaksanaan syariat itu pasti akan mengakibatkan larinya masyarakat dari Islam dan kebencian mereka kepada Mujahidin. Yang selanjutnya proyek pun gagal.
Perkara lain yang penting diingatkan di sini adalah bahwa adanya sekelompok kecil masyarakat yang bisa menerima pemahaman kita dalam melaksanakan hukum syariat Islam itu tidak pasti menunjukkan bahwa seluruh rakyat dengan seluruh lapisannya juga bisa menerima.
Padahal semestinya yang harus dilakukan pada tahap awal itu adalah fokus untuk menciptakan kondisi yang siap terhadap pelaksanaan syariat Islam, dengan cara berdakwah, berkomunikasi dengan baik, meyakinkan dan mengajari masyarakat sampai apabila kita pandang bahwa kondisinya sudah siap dengan terwujudnya kemampuan yang dapat diakui dan tidak adanya prediksi timbulnya berbagai kerusakan yang lebih besar; ketika itulah kita mulai melaksanakan hukum-hukum syariat Islam dengan cara yang lembut dan bijak. Dalam hal ini kita memiliki teladan yang baik dalam sejarah seorang Khalifah yang lurus Umar bin Abdul Aziz radhiallahu anhu, di mana banyaknya kondisi yang rusak itu tidak menjadikan beliau terdorong untuk melakukan perbaikan secara sekaligus, padahal masyarakat pada saat itu masih dekat dengan masa kenabian dan masih dalam kategori tiga generasi pertama Islam yang mendapatkan keutamaan.
Dan di antara contoh yang kami lihat kalian telah tergesa-gesa dalam pelaksanaannya, dan yang kami harapkan kalian tidak mengulanginya lagi adalah:
- Penghancuran bangunan-bangunan kuburan karena kekuasaan kita sekarang ini belum lagi sempurna, sementara interfensi luar akan segera datang, masyarakat masih baru saja merdeka, sehingga besar kemungkinan tindakan tersebut akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar lagi, dan semua itu menjadikan kita telah memiliki alasan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Di antara contoh lainnya adalah: pemberlakukan hukuman had bagi pelaku zina, mendera masyarakat, memberantas kemungkaran dengan kekuatan, melarang wanita berjalan-jalan, mengharuskan masyarakat untuk melaksanakan amalan-amalan yang hukumnya tidak wajib, melarang permainan yang hukumnya mubah, memeriksa rumah-rumah … dan seterusnya. Tindakan-tindakan seperti ini – jika benar terjadi mekipun itu dilakukan oleh oknum – adalah siasat yang menyelisihi petunjuk salaf dalam memberlakukan hukum-hukum Islam dan memperbaiki kondisi masyarakat.
Oleh karena itu, sebagai bentuk perbaikan langkah para penanggung jawab harus mengontrol tindakan-tindakan seperti ini jika memang terjadi, dan mematuhi arahan-arahan yang telah kami jelaskan dalam perkara ini.
Sumber: Proyek Lokal Strategi Global Al Qaeda – Arahan Umum Proyek Islam dan Jihad di Azawad
Oleh: Yayasan Media Jihad An-Nukhbah
(banan/arrahmah.com)