KHARTOUM (Arrahmah.com) – Seorang pedagang Sudan tewas pada Ahad (17/2/2019) setelah polisi anti-huru hara menembakkan gas air mata pada aksi unjuk rasa anti-pemerintah di ibu kota Khartoum, ujar petugas medis.
Puluhan pendemo turun ke jalan di pinggiran utara Bahari, Khartoum, meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah tetapi mereka dihadang oleh polisi anti-huru hara.
Pedagang yang menjual buah di Bahari, meninggal di rumah sakit setelah menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh polisi untuk membubarkan massa, seorang petugas medis, kerabat dan komite dokter yang terkait dengan kampanye protes menyatakan, lansir AFP pada Senin (18/2).
“Dia dibawa ke rumah sakit tetapi dokter tidak dapat menyelamatkannya. Dia meninggal karena menghirup gas air mata,” ujar petugas medis yang tidak ingin disebutkan namanya untuk alasan keamanan.
“Kami tidak akan menyerah. Kami akan terus memprotes,” ujar Afra, seorang demonstran yang hanya memberikan nama depannya karena alasan keamanan.
“Ketika kami terus berdemonstrasi, semakin banyak orang akan bergabung dengan kami.”
Para pengunjuk rasa meneriakkan “kebebasan, kebebasan” sebelum polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka, ujar saksi mata.
Bentrokan mematikan selama protes telah mengguncang negara Afrika timur tersebut sejak 19 Desember setelah keputusan pemerintah untuk melipatgandakan harga roti dan bahan bakar.
Demonstrasi dengan cepat meningkat menjadi aksu unjuk rasa nasional melawan pemerintahan Bashir yang berkuasa selama tiga dekade, dan mendesaknya untuk mengundurkan diri.
Human Rights Watch mengatakan setidaknya 51 orang telah terbunuh sejauh ini.
Bashir tetap menentang untuk mundur dan bersikeras bahwa satu-satunya cara mengubah pemerintahan adalah melalui kotak suara. (haninmazaya/arrahmah.com)