KAIRO (Arrahmah.com) – Sedikitnya lima orang tewas dan 265 lainnya ditangkap saat polisi anti-huru hara Mesir dikerahkan untuk membubarkan aksi protes, para polisi junta menembakkan meriam air dan gas air mata terhadap ratusan pendukung presiden terguling, Muhammad Mursi.
Bentrokan pada Jum’at (27/12/2013) menyusul pengumuman oleh otoritas interim Mesir yang didukung militer bahwa mereka menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi “teroris” dan akan menindak keras para demonstran yang mendukung organisasi tersebut, seperti dilaporkan Al Jazeera.
Otoritas meluncurkan sebuah taktik baru untuk menghadapi seruan protes oleh kelompok Ikhwanul Muslimin, mereka mengirimkan orang-orang bersenjata di dekat lokasi yang mungkin dijadikan tempat untuk menggelar aksi protes.
Seorang pengunjuk rasa berusia 20 tahun tewas ditembak mati di provinsi Damietta, sedangkan pengunjuk rasa lainnya tewas di Menia ketika tabung gas air mata menghantam wajahnya. Seorang pengunjuk rasa ketiga tewas di Kairo.
Pengunjuk rasa dan polisi junta Mesir juga terlibat bentrok di kota Ismailia di Terusan Suez, di mana tembakan terdengar setelah sholat Jum;at.
Ikhwanul Muslimin yang menentang keputusan otoritas interim, bersumpah akan terus menggelar aksi protes meskipun anggota mereka terus ditangkap.
“Mari kita mulai dengan kekuatan penuh dan kedamaian, gelombang baru tindakan anti-kudeta,” ujar Ikhwan yang memimpin aliansi anti-kudeta dalam sebuah pernyataan pada Jum’at (27/12).
Sejak dinyatakan sebagai organisasi “teroris”, otoritas interim Mesir melalui polisi telah menangkap puluhan anggota Ikhwanul Muslimin dengan bebas.
“Siapapun yang dituduh mengambil bagian dalam unjuk rasa pro-Ikhwan, memiliki literatur kelompok atau mendukung kelompok secara lisan atau tertulis, bisa dihukum lima tahun penjara,” ujar Kementerian Dalam Negeri Mesir. (haninmazaya/arrahmah.com)