LONDON (Arrahmah.com) – Pidato internasional pertama dan terbesar Presiden munafik Pakistan, Asif Ali Zardari, telah dibayang-bayangi aksi protes menentang kepemimpinannya di London.
Sekitar 200 orang demonstran berkumpul di luar International Institute of Strategic Studies (IISS), dengan membawa poster bertuliskan “Hentikan Perbudakan Zardari-Gilani Terhadap Inggris” dan “Amerika Adalah Penyebab Utama Teror Di Pakistan”.
Teriakan mereka terdengar jelas ketika Zardari berceloteh tentang peluang dan tantangan strategis yang dihadapi oleh Pakistan.
Dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada IISS yang menjelaskan alasan protes mereka terhadap orang yang mereka sebut ‘Tuan 10 Persen’, Hizbut Tahrir mengklaim bahwa politik Pakistan telah secara permanen direbut oleh [seorang] elit aristokrat.
Di lain pihak, demi meraup dukungan dari Inggris, Zardari sendiri berusaha membual dan mengisyaratkan frustrasi dengan kebijakan AS. Dia mengecam dukungan Amerika terhadap mujahidin yang berhasil mengusir Soviet dari Afghanistan pada tahun 1980-an.
“Apa yang kita saksikan saat ini adalah hasil dari kebijakan tahun 80-an dan bahkan sebelumnya,” bual munafikin Zardari.
“Kebijakan yang menggunakan ekstremisme agama sebagai alat perang, kami di Pakistan telah membayar harga yang sangat berat untuk kebijakan semacam ini.”
Zardari menambahkan: “Afghanistan telah rusak. Dan akhirnya, kemanusiaan hilang. Marilah kita semua berkumpul dan memperbaiki hal ini.”
Dan yang lebih menjijikkan adalah ketika presiden munafikin Pakistan itu pun meminta pasukan koalisi salibis di Afghanistan untuk ‘berbuat lebih banyak’ untuk meningkatkan pemantauan di perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Sepertinya sudah tidak lagi mengejutkan sikap menjilat yang ditunjukkan oleh penguasa muslim pengkhianat ini. Serangkaian serangan pesawat tanpa awak yang selama ini membuat banyak rakyatnya harus tewas dan menderita tidak cukup membuatnya tertampar dan menyadari sikapnya yang sangat ‘membudak’ pada kepentingan Barat, bukan kepentingan negeri dan rakyatnya sendiri. (althaf/politics/arrahmah.com)