LAHORE (Arrahmah.id) — Ketegangan terus memanas di sejumlah kampus Pakistan setelah mencuatnya laporan dugaan pemerkosaan terhadap seorang mahasiswi di Punjab Group of Colleges (PGC) di Lahore. Laporan ini pertama kali menyebar luas di media sosial, memicu gelombang unjuk rasa dari para mahasiswa.
Dilansir CNN (18/10/2024), protes dimulai pada awal pekan di empat kampus PGC, baik kampus putra maupun putri, setelah tersiar kabar bahwa seorang mahasiswi di kampus putri Gulberg, Lahore, diduga menjadi korban pemerkosaan oleh seorang penjaga keamanan di ruang bawah tanah kampus tersebut.
Ketegangan semakin meningkat pada Rabu (16/10), ketika aksi protes menyebar ke kota-kota lain di provinsi Punjab.
Mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan, baik negeri maupun swasta, melakukan aksi penggeledahan dan pembakaran di beberapa kampus PGC.
Bentrokan ini pun semakin meluas, dengan ratusan mahasiswa melakukan aksi rusuh di Rawalpindi pada Kamis (17/10).
Demonstrasi di Rawalpindi berubah menjadi kekerasan ketika para mahasiswa membakar properti, menutup jalan utama, dan menyerang gedung kampus. Seorang penjaga keamanan di kampus di Gujrat tewas dalam bentrokan tersebut, yang menyebabkan sedikitnya 185 orang didakwa terkait insiden pembunuhan.
Polisi Pakistan menanggapi kerusuhan ini dengan tindakan tegas, termasuk penggunaan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan massa.
“Kami menggunakan gas air mata dan tongkat untuk mengendalikan situasi dan membubarkan kerumunan yang anarkis,” kata Mohammad Afzal, seorang pejabat kepolisian Pakistan, kepada media setempat.
Sebanyak 250 orang, mayoritas mahasiswa, dilaporkan telah ditangkap dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum.
Penangkapan massal ini memicu kekhawatiran para orang tua yang segera berusaha membebaskan anak-anak mereka dari tahanan. (hanoum/arrahmah.id)