RAMALLAH (Arrahmah.id) – Para tahanan Palestina di penjara-penjara “Israel” telah meluncurkan kampanye protes terhadap langkah-langkah hukuman yang diberlakukan oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.
Demonstrasi telah menyebabkan meningkatnya ketegangan di penjara, situasi yang diperingatkan oleh pejabat urusan tahanan Palestina pada Kamis (16/2/2023) dapat meluas jika tidak ditangani.
Protes meletus setelah Administrasi Penjara “Israel” mulai memberlakukan hukuman kolektif terhadap warga Palestina termasuk dengan menutup kantin dan fasilitas lainnya pada Jumat dan Sabtu.
Juga di bawah aturan baru, narapidana yang meninggalkan sel mereka akan diborgol, bahkan jika menghadiri klinik penjara, mandi dibatasi hingga tiga menit dengan air panas, kunjungan keluarga bulanan semakin dibatasi, dan olahraga pagi dihentikan.
Awal bulan ini, Ben-Gvir memerintahkan penutupan toko roti yang menyediakan roti harian bagi narapidana.
Menanggapi langkah tersebut, Komite Darurat Tertinggi untuk Tahanan mengumumkan protes yang segera diikuti dengan mogok makan untuk menandai dimulainya Ramadhan.
Qadura Faris, kepala Klub Tahanan Palestina, mengatakan kepada Arab News bahwa langkah-langkah terbaru itu terinspirasi dari pemerintah yang bertujuan untuk mempermalukan dan menghancurkan keinginan para tahanan dan rakyat Palestina.
Dia mengatakan situasi tersebut telah menjadi perhatian badan-badan internasional terkait yang telah didesak untuk campur tangan dan menekan pemerintah “Israel” untuk melonggarkan hukuman tersebut.
Sementara itu, Klub Tahanan Palestina di Ramallah mengatakan bahwa tentara “Israel” telah menangkap 32 warga Palestina di Tepi Barat pada Kamis pagi (16/2), sehingga jumlah yang ditahan sejak awal tahun menjadi 800 orang.
Laila Zawahra, dari Betlehem, ibu berusia 70 tahun dari seorang pria yang dijatuhi hukuman seumur hidup, mengatakan kepada Arab News bahwa keluarga para tahanan sedang mengalami masa-masa sulit karena tindakan “Israel” yang ketat.
Dia mengklaim bahwa otoritas penjara telah mulai memindahkan pemimpin narapidana dalam upaya menggagalkan protes terorganisir.
“Saya sangat prihatin dengan putra saya Mohammed, yang berusia 41 tahun, dan tentang situasi sesama tahanan. Selain menderita karena cuaca dingin ini, mereka akan memulai aksi mogok makan pada hari pertama Ramadhan,” kata Zawahra, seraya menambahkan bahwa dia dan keluarga narapidana lainnya berencana melakukan aksi duduk untuk menyoroti penderitaan para narapidana.
“Israel” saat ini menahan 4.780 warga Palestina, termasuk 160 anak-anak, 29 wanita, dan 914 tahanan administratif.
Analis politik Palestina Riyad Qadriya mengatakan kepada Arab News bahwa penargetan tahanan terbaru oleh pemerintah “Israel” dapat memicu demonstrasi jalanan.
Wartawan“Israel” Dana Ben-Shimon mengatakan kepada Arab News bahwa Ben-Gvir telah menganjurkan sikap keras terhadap tahanan Palestina bahkan sebelum menjadi menteri.
“Sekarang dia melakukan ini untuk memuaskan publik yang memilihnya. Layanan keamanan “Israel” menyadari bahwa setiap tindakan yang diambil terhadap tahanan Palestina akan berdampak pada masyarakat Palestina di luar penjara, bahkan di Jalur Gaza, yang menyaksikan keadaan tenang berbeda dari situasi di Tepi Barat,” katanya. (zarahamala/arrahmah.id)