NEW YORK (Arrahmah.id) – Sekelompok mahasiswa di Universitas Columbia menguasai dua gedung pada Selasa (30/4/2024), menandai perkembangan baru di tengah protes yang sedang berlangsung terhadap agresi ‘Israel’ di Gaza.
Sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa keputusan tersebut diambil oleh kelompok independen yang tidak terkait langsung dengan aksi protes yang sedang berlangsung.
Pihak penyelenggara menyatakan rasa frustrasinya terhadap penanganan universitas terhadap demonstrasi damai dan penolakannya untuk memenuhi tuntutan pengunjuk rasa, termasuk divestasi dari ‘Israel’ dan amnesti bagi mahasiswa dan dosen yang terkena sanksi.
Sumber yang tidak disebutkan namanya juga menjelaskan bahwa berlanjutnya ancaman masuknya Garda Nasional dan Kepolisian New York untuk membubarkan aksi duduk damai berarti pemerintah bertindak dengan itikad buruk.
Menurut sumber tersebut, salah satu bangunan tersebut dipilih karena memiliki makna sejarah dari protes terhadap perang Vietnam pada 1968.
Rekaman video menunjukkan pengunjuk rasa di kampus Columbia di Manhattan bergandengan tangan di depan Hamilton Hall, yang memang ditempati selama protes hak-hak sipil dan anti-perang Vietnam tahun 1968 di kampus tersebut dan mengubah namanya menjadi Hind’s Hall, merujuk pada nama Hind Rajab, gadis kecil Palestina yang ditembak membabi buta oleh tentara ‘Israel’.
🚨BREAKING: Columbia University students form a human chain to protect the protestors who have occupied Hamilton Hall – which has now been renamed HIND’S HALL. 🇵🇸 pic.twitter.com/Z41sdxwv20
— CU Apartheid Divest (@ColumbiaBDS) April 30, 2024
Universitas Columbia pada Senin (29/4) mengumumkan skorsing beberapa mahasiswa yang menolak mematuhi tenggat waktu untuk mengakhiri aksi duduk.
Rektor Universitas Nemat Minouche Shafik menyatakan bahwa negosiasi dengan para pengunjuk rasa telah menemui jalan buntu, dan bersikeras bahwa universitas tidak akan mempertimbangkan kembali kebijakan investasinya mengenai ‘Israel’.
Kampus Lain
Ketika upacara wisuda semakin dekat, universitas-universitas di seluruh Amerika menghadapi tantangan untuk membongkar perkemahan di kampus mereka.
Meskipun beberapa lembaga masih terlibat dalam negosiasi, lembaga lain dilaporkan menggunakan kekerasan dan mengeluarkan ultimatum, yang berujung pada konfrontasi dengan penegak hukum.
Pada Senin (29/4), banyak mahasiswa ditangkap selama protes di universitas-universitas di Texas, Utah, dan Virginia. Sebelum pengambilalihan Hamilton Hall di Universitas Columbia, institusi tersebut telah mulai memberhentikan mahasiswanya.
AL-JAZEERA: The US State Police of Utah raided a camp set up by students supporting Gaza on the campus of the University of Utah, which is located in Salt Lake City.
FOLLOW OUR LIVE BLOG https://t.co/iGzJHWerRA pic.twitter.com/K8aueFUvSQ
— The Palestine Chronicle (@PalestineChron) April 30, 2024
Di Universitas Texas di Austin, penasihat hukum melaporkan penangkapan sedikitnya 40 demonstran pada Senin (29/4). Hal ini menandai peningkatan di kampus yang mempunyai 53.000 mahasiswa di ibu kota negara bagian tersebut, menyusul penangkapan lebih dari 50 pengunjuk rasa pada pekan sebelumnya.
Selanjutnya, di Universitas Utah, sejumlah besar aparat yang mengenakan perlengkapan anti huru hara bergerak untuk membubarkan sebuah perkemahan di luar kantor rektor universitas.
Konfrontasi terjadi pada sore hari, dimana polisi secara fisik memindahkan mahasiswa dan membongkar tenda. Tujuh belas orang ditangkap selama operasi ini.
Mahasiswa pro-Palestina menyerukan gencatan senjata dan mendesak universitas-universitas mereka untuk melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mengambil keuntungan dari perang genosida ‘Israel’ di Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)