TUNIS (Arrahmah.com) – Lebih dari 300 pendemo pada Rabu malam (10/1/2018) ditangkap dan tentara dikerahkan di beberapa kota di Tunisia dalam gelombang aksi protes menentang kenaikan harga, pajak dan tingkat pengangguran yang tinggi di seluruh negeri.
Di Thala, dekat perbatasan Aljazair, tentara dikirimkan setelah pendemo membakar gedung keamanan nasional yang memaksa polisi untuk mundur dari kota, ujar saksi mata kepada Reuters.
Protes anti-pemerintah telah merebak di kota-kota lain sejak Senin (8/1) di antaranya di resor wisata Sousse, menentang kenaikan harga dan pajak yang diberlakukan pemerintah untuk mengurangi defisit yang menggelembung dan memuaskan kreditor internasional, lansir Daily Sabah Kamis (11/1).
Sementara Tunisia secara luas dipandang sebagai satu-satunya kisah “sukses” demokrasi di antara negara-negara yang terkena “Arab Spring”, namun juga memiliki sembilan pemerintah sejak penggulingan Zine El-Abidine Ben Ali, di mana tidak ada yang mampu mengatasi masalah ekonomi yang berkembang.
“Tiga ratus tiga puluh orang yang terlibat dalam tindakan sabotase dan perampokan ditangkap tadi malam,” ujar juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Khelifa Chibani yang menambahkan bahwa jumlah tahanan sejak protes dimulai menjadi sekitar 600 orang.
Tentara dikerahkan di beberapa kota lain termasuk Sousse, Kebeli dan Bizerte untuk melindungi gedung-gedung pemerintahan yang menjadi sasaran pendemo.
Tunisia kembali menyaksikan gelombang aksi unjuk rasa setelah para aktivis dan politisi mengecam kenaikan pajak pertambahan nilai dan kontribusi sosial yang diperkenalkan awal tahun ini.
Perekonomian Tunisia belum juga stabil sejak revolusi dengan pertumbuhan tetap lamban.
Perdana Menteri Youssef Chahed pada Rabu (10/1) menuduh oposisi memicu perbedaan pendapat dengan menyeru lebih banyak aksi demonstrasi. (haninmazaya/arrahmah.com)