KHARTOUM (Arrahmah.com) – Ratusan pengunjuk rasa, sebagian besar mahasiswa, turun ke jalan-jalan di dan dekat ibu kota Sudan, Khartoum, pada Senin (18/3/2019), melanjutkan gelombang demonstrasi anti-pemerintah yang telah menimbulkan tantangan paling serius terhadap pemerintahan tiga dekade Presiden Omar Al-Bashir, menurut laporan Reuters.
Mahasiswa, aktivis, dan pengunjuk rasa lain yang frustasi dengan kesulitan ekonomi telah menggelar demonstrasi hampir setiap hari di seluruh Sudan sejak 19 Desember, menyerukan agar Bashir Mundur.
Polisi menggunakan gas air mata pada Senin (18/3) untuk membubarkan ratusan mahasiswa dari Universitas Nil Timur yang melakukan aksi protes di Khartoum Utara dan ratusan lainnya menggelar protes di Jalan Sitteen, yang melintasi beberapa lingkungan kelas atas.
Setidaknya empat pendemo ditahan oleh pasukan keamanan di Khartoum 2, sebuah daerah kelas atas di jantung ibu kota tempat puluhan orang menggelar unjuk rasa, ujar saksi mata kepada Reuters.
Pasukan keamanan juga menggunakan tongkat untuk membubarkan para demonstran, beberapa di antaranya membakar ban mobil.
Puluhan orang telah tewas dalam kerusuhan sejak Desember 2018.
Bulan lalu, Bashir menyatakan keadaan dan membubarkan pemerintah pusat, menggantikan gubernur negara bagian dengan pejabat keamanan, memperluas kekuasaan polisi dan melarang pertemuan publik tanpa izin.
Namun hal tersebut tidak menghentikan para pengunjuk rasa yang telah meningkatkan demonstrasi dalam beberapa hari terakhir. (haninmazaya/arrahmah.com)