DHAKA (Arrahmah.id) — Protes dan kekerasan kembali terjadi di Bangladesh pada Sabtu (3/8/2024). Aksi tersebut terjadi di tengah seruan agar Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri
Dilansir Anadolu Agency (3/8), puluhan ribu pengunjuk rasa menuntut keadilan bagi 200 pelajar dan korban lain yang terbunuh selama protes pada Juli lalu.
Namun, aksi protes itu berujung kerushan pasca polisi kemudian menembaki lagi demonstran dengan peluru tajam.
Media setempat melaporkan bahwa sedikitnya tujuh orang terkena peluru dan 30 lainnya terluka dalam aksi protes yang diwarnai dengan kekerasan itu.
Selama tiga pekan terakhir, Bangladesh berada dalam kekacauan akibat protes yang dipimpin oleh mahasiswa yang menuntut reformasi terhadap kuota CPNS. Bangladesh adalah sebuah negara di Asia Selatan dengan populasi sekitar 170 juta jiwa.
Meskipun pemerintah akhirnya membuat perubahan pada sistem kuota CPNS, tindak kekerasan untuk menekan menyebarnya protes tersebut mengakibatkan setidaknya 200 orang tewas. Sebagian besar korban tewas itu adalah mahasiswa dan warga umum. Pada Jumat, 2 Agustus 2024, Direktur Regional UNICEF Asia Selatan Sanjay Wijesekera melaporkan setidaknya 32 dari yang meninggal adalah anak-anak.
“UNICEF telah mengonfirmasi setidaknya 32 anak tewas selama protes pada Juli 2024, dengan banyak lainnya yang luka-luka dan ditahan. Ini adalah kehilangan yang tragis,” kata Wijesekera. UNICEF mengutuk semua tindakan kekerasan dan menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang berduka atas kehilangan anak-anak mereka.
Analis politik Zahed Ur Rahman mengatakan kepada Anadolu ketidakpedulian pemerintah terhadap kematian itu dan upaya menyalahkan lawan politik atas kekerasan tersebut ketimbang menahan pelaku sebenarnya, telah memicu kemarahan publik.
“Pemerintahan Hasina percaya mereka bisa menenangkan protes melalui kekerasan dan penangkapan massal, namun tindakan ini justru memperburuk kerusuhan,” tambahnya.
Meskipun sebagian besar protes pada Jumat (2/8) di Dhaka tetap relatif damai, demonstrasi di pinggiran kota Uttara berubah menjadi aksi kekerasan ketika mahasiswa pendukung partai yang berkuasa dilaporkan menyerang para demonstran tanpa provokasi, mengakibatkan beberapa demonstran terluka.
Di kota pelabuhan Chattogram di selatan Bangladesh, beberapa ribu pengunjuk rasa mulai berbaris menuju GEC Corner, sebuah persimpangan penting di kota tersebut, setelah shalat Jumat. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Hasina.
Di kota timur laut Sylhet, polisi berusaha menghentikan prosesi besar yang terdiri dari beberapa ribu orang setelah shalat Jumat. Pada satu titik, petugas menembakkan gas air mata, granat suara, dan peluru karet untuk membubarkan kerumunan. Menurut sumber polisi, setidaknya 10 orang telah ditangkap di Sylhet. (hanoum/arrahmah.id)