(Arrahmah.com) – Bicara mengenai dakwah perlu diketahui terlebih dahulu makna dakwah yang sesungguhnya. Menurut Toha Yahya Umar dalam Makhmud Syafei’ dalam jurnalnya yang berjudul Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar pengertian dakwah dapat dilihat secara umum dan secara khusus.
Jika dilihat dari pengertian secara umum dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisikan cara-cara, tuntutan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat dan pekerjaan tertentu. Pengertian dakwah secara khusus ialah, mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemashalatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah cara menyebarkan dan mengajak terhadap suatu ajakan agama tertentu kepada masyarakat luas demi kemaslahatan. Dalam berdakwah ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi guna tercapainya tujuan dakwah itu sendiri dan prinsip tersebut harus dipegang teguh, agar tidak terjadi perubahan haluan dalam gerakan dakwah.
Pada zaman Rasulullah ketika beliau berdakwah untuk menyebarkan agama agama Islam, beliau berdakwah dengan lugas, tegas dan universal dan tidak memaksa karena kembali lagi pada definisi bahwa dakwah bersifat ajakan. Dakwah penyebaran Islam sebenarnya telah lama dimulai yakni sejak zaman Rasulullah. Menurut sebagian besar sejarawan muslim Indonesia dan Malaysia antara lain S.Q. Fattimi, A. Hasyimi, Hamka, Sayyid Mohammad Naquib Al-Attas dalam Abdul Ghofur di Indonesia sendiri dakwah Islam pertama kali masuk sejak abad pertama Hijriah1 Masuknya Islam di Indonesia tidak bersamaan di setiap wilayah dan dengan cara yang berbeda-beda pula. Di pulau Jawa agama islam masuk pada sekitar abad 15
Pada saat Islam memasuki Nusantara, bangsa Indonesia masih kental dengan budaya hindu-budha yang telah ada. Karena kedua agama tersebut memang lebih dahulu masuk ke Indonesia dan telah lama mendarah daging dalam masyarakat Indonesia. Maka dari itu pada awal penyebaran Islam di Nusantara para penjuru dakwah mengalami kesulitan.
Di pulau jawa sendiri, pada saat Islam petama kali masuk masih sangat sulit diterima oleh masyarakat. Penyebaran agama Islam di pulau Jawa di bawa oleh wali songo. Maka dari itu strategi dakwah yang mereka gunakan yakni melalui budaya untuk menyesuaikan keadaan umat pada saat itu. Hal ini dimaksud untuk menarik perhatian masyarakat lokal yang masih kental dengan tradisinya nenek moyang dan tradisi hindu-budhanya.
Dakwah walisongo masuk melalui budaya yang telah ada di pulau Jawa. Dalam berdakwah kala itu mereka memilah budaya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam sebagai perantara penyebaran dakwah mereka. Dengan maksud sedikit demi sedikit ingin menghilangkan budaya-budaya atau tradisi-tradisi terdahulu yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
Menurut Tarwilah tahun 2016 para walisongo menafaatkan pertujukan – pertunjukan tradisional sebagai sarana dakwah seperti pertunjukan wayang atau pertunjukkan kesenian laiinya. Contohnya pada pertunjukkan wayang mereka menyelipkan nafas Islam kedalamnya. Syair lagi gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.
Perkembangan Islam di pulau Jawa hingga kini tidak dapat lepas dari pengaruh dakwah walisongo. Dakwah yang mereka bawa sangat berpengaruh terhadap kedaan umat Islam sekarang khusunya di Pulau Jawa. Namun hingga kini hal tersebut masih menjadi kontroversi, banyak yang berpendapat bahwa dakwah mereka belum selesai dan masih butuh penyempurnaan.
Seperti yang dikemukakan oleh Peneliti Sejarah Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Asep Sobari Lc, bahwa dakwah Islam yang dilakukan Wali Songo di Indonesia belum final. Apa yang disampaikan para Wali itu masih butuh penyempurnaan.Jangan anggap apa yang disampaikan Wali Songo sudah final. Bahwa itu sebuah model masyarakat Muslim Indonesia.
Dakwah sejatinya memang tidak boleh berhenti atau selesai karena seharusnya dakwah itu bersifat kesinambungan. Karena ruhiyah setiap manusia harus diperbaharui dan keimanan pun harus terus ditingkatkan. Dakwah tdak akan berhenti sampai Allah yang menghentikannya ketika hari akhir nanti.
Memang masih banyak kontroversi hingga sekarang bahwa dakwah walisongo perlu penyempurnaan lebih lanjut. Jika dilihat keaadaan umat Islam Indonesia sekarang masih banyak yang melakukan tradisi-tradisi atau upacara kebudayaan yang berbau peninggalan hindu-budha.
Masih banyak masyarakat muslim yang masih menganggap bahwa tradisi tersebut harus dilakukan dan dilestarikan. Maka hal yang seperti ini perlu diluruskan agar tidak ada lagi penyimapangan yang dilakukan terhadap agama Islam. Dakwah sekarang harus lebih menenkannkan pada sisi itu yakni meyempurkan ajaran atau dakwah yang dilakukan walisongo agar tercipta muslim yanng kaffah.
Gerakan dakwah sekarang perlu menitikberatkan pada pelurusan tradisi yang salah kaprah, baru kemudian menguatkan dan mengikohkan umat Islma yang sudah kaffah aga tercipatnya persatuan dan persaudaran sesama muslim.
Lantas bagaimana peran kita sebagai penerus dakwah dalam mengatasi masalah dakwah walisongo yang dikatakan belum selesai ini?
Bersatunya umat Islam sangat penting terhadap keberlangsungan dakwah Islamisasi Nusantara ini. Jika sebagai umat Islam saja jika belum bersatu bagaimana kita bisa berdakwah bila masih berpecah belah. Apakah kita bisa berdakwah sendiri tanpa ada jama’ah? Apakah kita bisa berdakwah sedangkan kita tidak dalam jama’ah?
Dakwah itu bagai sebuah bendungan apakah kita bisa membendung air jika kayu untuk bendungan hanya satu, tentunya dibutuhkan kayu lain untuk membendunng sungai tersebut. Sama seperti halnya air, air terlihat indah karena mereka berjalan beringin dan sejalan dengan arah arus yang sama dengan tujuan yang sama yangmencari tempat yang lebih rendah. Jika kita lihat air yang memiliki arus bertabrakan apakah akan terlihat indah? Tentu tidak.
Begitu pula dengan dakwah Islam ini, yang tentunya memiliki tujuan yang sama yakni untuk menyebarkan agama Allah mengakkan syariat-syariat Islam dan memiliki visi yang sama pula. Maka dari itu dalam mengatasi masalah kontroversi mengenai islamisasi nusantara yang belum selesai hal pertama yang harus dilakukan para pendakwah adalah bersatu.
Kita juga tidak boleh men-judge bahwa dakwah yag dibawa oleh walisongo itu tidak sesuai. Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dan diteliti. Perlu diambil hikmah mungkin apabia dahulu walisongo tidak masuk melalui budaya bisa jadi sekarang masyarakat Indonesia tidak bisa mersakan nikmat Islam, dan muslim tidak menjadi mayoritas. Lantas jika demikian perjuangan dakwah kita lebih berat lagi.
Saat ini kita hanya meluruskan dan menyempurnakan dakwah walisongo. Sedikit demi sedikit kita perlu melepas tradisi yang tidak sesuai dengan Islam dan mengenalkan bagaimana Islam yang sesungguhnya yakni Islam yang kaffah. Kini di Indonesia telah bnayak gerakan-gerakan dakwah untuk menerapkan dan menegakkan syariat Islam hal ini dapat dijadikan solusi dalam menyempurnakan dawkah yang dibawa oleh pendakwah besar kita yakni walisongo. karena jika kita ingin melakukan perubahan terhadap suatu hal, maka kita perlu masuk kedalamnya dan merubahnya secara sedikit demi sedikit.
Begitu pula dakwah karena pada esensinya dakwah tidak bisa dipaksakan maka perlu pembaura terhadap objek dakwah. Pembauran disini bukan berarti peleburan karena jika kita melebur maka akan terjadi percampuran dan Islam makin lama dapat memudar. Berbeda dengan pembauran, yakni pembauran yang dimaksud adalah terjun langsung kedalamnya untuk mengetahui kondisinya dan mencari strategi untuk merubahnya. Jadi sebaiknya dakwah sekarang seperti itu sebenarnya sama dengan yang dilakukan walisongo dahulu namaun karena prosesnya belum selesai maka dari kita kita perlu melanjutkan proses dakwah tersebut hingga Islam benar-benar tegak berdiri.
Referensi :
1. Makhmud Syafe’i, Jurnal Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
2. JURNAL USHULUDDIN Vol. XVII No. 2, Juli 2011
3. Jurnal Peranan Walinsongo dalam Perkembangan Dakwah Islam dalam ttihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 tahun 2006
4. Buku Labirin Ideologi Muslim oleh Howard M.Federspiel
Vivi Sufi Anggraeni, Mahasiswi STEI SEBI
(*/arrahmah.com)