GAZA (Arrahmah.com) – Jundu Ansharullah didirikan di wilayah selatan Gaza pada bulan November 2008 sebagai kelompok pejuang bersenjata Salafy Jihadi dengan berafiliasi ke jaringan Al-Qaidah.
Salafy Jihadi menyerukan untuk kembali ke praktek politik dan moral sesuai dengan pemahaman para “salafus Sholeh”.
Pada situs mereka, kelompok ini mengatakan telah bersumpah kepada Allah untuk “Berjuang dalam Jihad atas Aturan Allah” sampai “bendera persatuan tegak” dan ajaran Nabi Muhammad mencapai kemenangan. Dan berkeyakinan hanya Syariat Islam lah satu-satunya sumber perundang-undangan dan keluar dari syariat Islam adalah Murtad.
Kelompok ini juga mengatakan bahwa mereka ingin menyatukan para mujahidin, termasuk Hamas dan Jihad Islam serta para tahanan dari Muslim liberal yang ada di penjara-penjara Israel.
Mereka awal beroperasinya di Rafah dan Khan Younis, dan berkembang cepat dan menyebar di seluruh wilayah Gaza, dan sampai bentrokan berdarah Jumat lalu, mereka mengklaim memiliki 500 anggota, termasuk beberapa pejuang asing yang ikut bergabung.
Mereka mengatakan memiliki basis militer di bekas pemukiman Yahudi Israel, dan telah melakukan beberapa kali penyerangan terhadap pasukan militer Israel.
Pada tanggal 8 Juni lalu, kelompok ini menjadi perhatian publik atas serangan spektakuler mereka terhadap Israel di persimpangan perbatasan perlintasan Karni.
Setidaknya tiga dari pejuang mereka tertembak syahid oleh pasukan Israel dalam penyerangan tersebut.
Pejabat Israel mengatakan bahwa beberapa dari pejuang Jundu Ansharullah memakai ikat pinggang bom dan diduga mereka telah mencoba menculik tentara Israel.
Pejabat Hamas menyebut mereka sebagai “buron” atas serangkaian serangan bom terhadap beberapa Warnet di Gaza yang mereka anggap sebagai sarang amoral, dan sebuah penyerangan pada sebuah pesta pernikahan yang dihadiri oleh pihak keluarga dari pimpinan Fatah tepi Barat, Muhammad Dahlan.
Lima puluh orang terluka dalam serangan tersebut, namun kelompok Jundu Ansharullah menolak bertanggung jawab atas serangan itu, Dan Fatah menuduh dan menyalahkan Hamas sebagai dalang serangan tersebut.
Sebelum terjadi baku tembak di masjid Bin Taymiyah di Rafah, Jundu Ansharullah mengumumkan pada situs dan forum para Jihadis bahwa mereka bertekad akan mendirikan Emirat Islam di jantung kota Baitul Maqdis (Yerusalem).
Pernyataan tersebut juga mendeklarasikan bahwa pemimpin Jundu Asharullah adalah Abdul Latif Musa.
“Para tentara Tauhid tidak akan istirahat..sampai semua tanah kaum muslimin terbebaskan dan sampai Masjid Al-Aqsha bersih dari penodaan yang dilakukan orang Yahudi terkutuk,” kata Abdul Latif Musa.
Kelompok ini juga menuntut agar Hamas menghentikan serangan terhadap kelompok mereka dan memberi peringatan bahwa mereka akan melawan jika diserang. (arrahmah/eramuslim)