Oleh Aas K
Aktivis Muslimah
Pemuda adalah generasi penerus bangsa, mereka adalah sosok produktif dengan energi dan semangat yang masih membara. Namun, nyatanya saat ini pemuda kurang produktif dikarenakan lapangan pekerjaan yang sempit menyebabkan banyaknya gen Z pengangguran.
Seperti yang dikutip oleh media online Kumparan Bisnis.com, pada Senin (20/5). Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 9,9 juta penduduk Indonesia yang tergolong usia muda atau Gen Z belum memiliki pekerjaan. Angka tersebut didominasi oleh penduduk yang berusia 18 hingga 24 tahun.
Ida Fauziyah, selaku Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) mengatakan, angka pengangguran saat ini terbanyak dari lulusan usai masa pendidikan. Namun, mereka tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ida pun menjelaskan banyaknya anak muda yang belum mendapatkan pekerjaan ini karena tidak cocok (mismatch) antara pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini terjadi kepada lulusan SMA/SMK yang menyumbang jumlah tertinggi dalam angka pengangguran usia muda.
Saat ini sistem tata aturan yang mengatur masyarakat adalah sistem demokrasi kapitalis. Satu-satunya tolok ukur perbuatan dalam sistem kapitalis adalah materialisme, untung rugi belaka. Dengan asas ini, tak heran jika dalam perekonomian, kekayaan akan berpusat pada orang yang memiliki modal besar saja, sedangkan rakyat kecil hanya mengais sisanya. Sehingga gen Z yang tergolong masih muda menjadi kelompok ketimpangan ekonomi. Tak heran jika mereka banyak yang menganggur karena sulitnya mencari kerja dan akhirnya menjadi putus asa. Ditambah jika berbisnis, modal tak ada dan sudah pasti kalah harga dengan pemodal besar.
Hal ini juga diperparah dengan sistem pendidikan ala kapitalis, di mana mereka hanya berfokus pada mencetak buruh murah. Walaupun para gen Z berpendidikan tinggi, tetapi minim pengalaman sehingga mereka bergantung pada ketersediaan tenaga kerja dan negara menyerahkannya pada mekanisme pasar bebas. Alhasil, gagal sudah tercetaknya SDM yang unggul dalam sistem pendidikan ini.
Jelas sudah penerapan sistem ini telah merusak dan tak memberi kesempatan kepada generasi penerus bangsa untuk menjadi SDM yang unggul dan profesional. Negara absen dari mencetak generasi penerus bangsa. Padahal, investasi yang masuk ke Indonesia tidak tanggung-tanggung. Banyak proyek-proyek yang sedang berjalan, harusnya membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Namun apa daya, membuat generasi kehilangan lapangan kerja di negerinya sendiri akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis.
Islam memiliki paradigma yang berbeda dengan sistem kapitalis. Dalam Islam, banyaknya sumber daya manusia tidak hanya diarahkan kepada banyaknya tenaga kerja, tetapi akan mencetak individu yang berkepribadian Islam, cakap ilmu dan teknologi.
Dalam sistem Islam, niscaya seluruh rakyat dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya bahkan secara cuma-cuma. Hal ini telah dipraktikkan oleh para khalifah dalam sistem Islam. Sebagai contoh pendidikan yang berkualitas dan gratis adalah Madrasah al-Muntashiriah yang didirikan Khalifah al-Muntashir Billah di kota Baghdad. Di sini para siswa mendapat beasiswa 1 Dinar emas atau setara dengan 4.25 gram emas, kebutuhan mereka sehari-hari dijamin negara, fasilitas sekolah bisa diakses seluas-luasnya. Hal ini tidak lain karena politik dan ekonomi Islam yang saling terintegrasi dengan baik.
Selain itu, Islam menjadikan pemuda adalah aset berharga bagi negara, sehingga mereka akan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan bersama. Mereka pun akan diarahkan sebagai penuntut ilmu yang gigih. Dengan fasilitas dari negara maka akan mudah untuk para pemuda mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, yang akan tercipta para ilmuwan yang berkontribusi pada negara.
Kemudian, para pemuda akan dijadikan sebagai duta Islam dan juri dakwah yang andal. Sehingga dapat beramar makruf nahi mungkar karena di wajibkan dalam Islam, agar masyarakat dan negara tetap teguh pada visi dan misinya.
Selanjutnya, pemuda akan diarahkan sebagai para Mujtahid, tentara yang akan membela Islam dan rakyat di dalam negara. Karena kekuatan militer adalah kunci suatu negara tidak dijajah oleh negara lain, dan untuk menyebarkan Islam ke seluruh alam agar seluruh manusia dapat merasakan indahnya hidup dalam sistem Islam. Sedangkan bagi perempuan banyak sekali peran mulia yang bisa dimaksimalkan oleh negara, salah satunya adalah menjadi pendidik utama untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa Ini semua akan terwujud, apabila diterapkannya Daulah Islam secara kaffah.
Wallahua’lam bis shawwab