ABU DHABI (Arrahmah.com) – Kunjungan Ratu Beatrix dan Putri Maxima ke masjid Syeik Zayed di Abu Dhabi dengan mengenakan pakaian jubah dan jilbab (hoofddoek) menuai pro dan kontra di negeri Belanda.
Kritik pedas kepada Ratu dan Putri disampaikan oleh Partai untuk Kebebasan dan Kemajuan (Partij voor Vrijheid en Vooruitgang/PVV)). PVV berpendapat, hal tersebut merupakan kejadian buruk dan melegitimasi penindasan terhadap perempuan.
Sementara itu, menanggapi kritik PVV, Menteri Luar Negeri Uri Rosenthal menilai bahwa pakaian yang dikenakan Ratu dan Putri adalah normal. Menurut Rosenthal, sebagaimana dilansir TV Belanda NOS Journal (Minggu, 8/1), di dalam masjid berlaku norma atau peraturan dan adat istiadat atau kebiasaan yang harus dipenuhi. Bila seorang perempuan masuk ke Kathedral juga tidak diperbolehkan memakai baju berlengan pendek.
Karena itu, lanjut Rosenthal, perempuan yang masuk ke dalam masjid harus mengenakan jilbab. Dan jika tidak ingin mengenakan jilbab saat masuk ke masjid, tidak usah memenuhi atau menolak undangan untuk berkunjung ke masjid.
“Beatrix mengenakan kerudung dan jubah karena menghormati adat istiadat di Uni Emirat Arab (UEA),” ungkap Rosenthal.
Selain itu, Rosenthal juga menggaris bawahi pentingnya UEA bagi ekonomi Belanda. Ekspor Belanda ke negeri minyak tersebut mencapai jumlah 3 miliar euro. UEA adalah negara sangat penting dan strategis. Hal ini dibuktikan dengan peranannya dalam aksi-aksi melawan Libya dan di Afghanistan.
Kunjungan Ratu Beatrix ke UEA adalah atas undangan resmi Presiden UEA Sjeikh Khalifah bin Zayed Al-Nahayan. Dan pada hari Senin (9/1) ini, Ratu Beatrix melanjutkan kunjungan kenegaraan ke Oman. Juga di negeri ini Ratu Beatrix dijadwalkan mengenakan jilbab.(rmol)
(bilal/arrahmah)