SURABAYA (Arrahmah.com) – Semangat H Agus Solachul A’am Wahib Wahab mengadang KH Said Aqil Siroj (SAS) tampil lagi dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung (Oktober 2020) mendatang, kian kuat.
Menurut Gus A’am, panggilan akrabnya, kalau mau memperbaiki NU, maka, syarat pertama dan utama adalah jangan pilih (lagi) Kiai Said Aqil pada muktamar NU mendatang. Mengapa?
“Lihat sendiri! Semakin hari, NU semakin parah. Sekarang, Ormas terbesar di Indonesia ini seperti tinggal logonya saja. Lalu di mana tokoh-tokoh sentral PBNU? NU jadi bulan-bulanan, semua diam. Rais Aam serta mustasyar PBNU tidak terdengar suaranya,” jelas Gus A’am, putra KH Wahib Wahib, Senin (30/12/2019), sebagaimana dilansir duta.co.
Menurut Gus A’am, pihaknya sengaja berbicara keras, karena tidak tega melihat NU dipermainkan. Organisasi yang didirikan para masyayikh dengan ikhlas dan penuh riyadhoh ini sekarang menjadi tunggangan politik praktis.
“Sekedar tahu, para kiai kultural NU serta habaib, menangis menyaksikan ini. Sampai ada ajakan mengamalkan Ya Jabbar Ya Qohhar, dengan harapan siapa saja yang mempermainkan NU semoga mendapat keadilan dari Allah SWT. Ini protes keras para ulama pesantren,” ungkapnya.
Saat ditanya, apa saja kekeliruan PBNU? Gus A’am Wahib menjawab, ‘banyak’. Setidaknya, Pertama, ketika Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj sibuk memprotes janji pemerintah tentang kredit murah.
“Ini memalukan. Apa hanya dengan kredit murah untuk membantu ekonomi nahdliyin? Saya justru khawatir ini menjadi bagian dari upaya kapitalisasi suara nahdliyin di Pilpres. Buktinya pasca itu, ada kekecewaan, merasa ditinggal,” tuturnya.
Kedua, pintu pemberdayaan ekonomi umat tidak hanya melalui kredit murah. Banyak hal bisa dilakukan PBNU, termasuk kerjasama dengan perusahaan swasta yang profesional, pemberdayaan lewat koperasi.
Ketiga, isu radikal. “Di sini NU larut permainan orang. Apalagi isu ini hanya untuk menyudutkan umat Islam.
Mestinya, lanjut Gus A’am, sebagai Ormas terbesar, NU bisa mengayomi semuanya, mendekati mereka yang dituduh radikal itu.
“Bukan malah memusuhi, menghinakan apalagi sampai membubarkan pengajian mereka,” tandasnya.
Keempat, NU sekarang ikut sibuk menakut-nakuti warganya dengan isu perang saudara, seperti di Suriah.
“Saya heran, sampai hari ini masih ada pengurus NU yang sibuk menakut-nakuti nahdliyin dengan perang saudara, seperti di Suriah. Narasi sesat seperti ini mestinya disudahi,” tegasnya.
Kelima, PBNU kelihatan membiarkan tumbuhsuburnya paham-paham sesat seperti syiah, muktazilah dan paham liberal.
“Ini meresahkan kiai-kiai pondok pesantren,” katanya.
Keenam, lanjutnya, ada pembelokan organisasi (NU) dari ashabul haq menuju ashabul qoror. Pembelokan itu disampaikan secara terbuka, terang-terangan. Anehnya semua (PBNU red.) diam.
“Padahal, dengan begitu, itu sama saja melepas NU dari khitthah-nya. Kelas NU menjadi kuda tunggangan politik praktis. Ini harus dilawan,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)