DARAA (Arrahmah.com) – Dua mantan komandan pejuang oposisi Suriah tewas dan satu lagi cedera dalam serangan oleh penyerang tak dikenal di provinsi Daraa selatan.
Orang-orang bersenjata itu melepaskan tembakan ke Adnan Abazid dan Motez Qanat di dekat kota Al-Nakhla di sebelah timur kota Daraa, menurut wartawan Zaman Alwasl pada Jumat (27/3/2020).
Pada tahun 2019 saja, ada setidaknya 305 upaya pembunuhan yang dicatat di provinsi Daraa, menurut kantor Dokumentasi Martir Daraa, sebuah kelompok pemantau lokal. Pembunuhan dan penghilangan paksa telah menargetkan semua pihak dalam politik pasca-konflik Daraa yang berantakan, menurut laporan Middle East Eye.
Kelompok oposisi dibolehkan memegang beberapa senjata mereka, dan komite rekonsiliasi lokal dibiarkan dengan tingkat otonomi yang tidak terlihat di daerah lain di Suriah. Hasilnya adalah kerumitan politik lokal.
Mantan pejuang oposisi kemudian memulai keributan pertama dari pemberontakan tingkat rendah, menargetkan tentara dan perwira intelijen Suriah, perunding rekonsiliasi dan mantan pejuang yang mereka anggap pengkhianat karena bekerja bersama Damaskus. Kerusuhan muncul setelah konflik yang saat ini telah berakhir di Daraa, dan telah menjadi ancaman stabilitas lokal sejak itu, MEE melaporkan.
Juga di provinsi Daraa, tiga lelaki bersaudara meninggal karena penyiksaan oleh dinas intelijen.
Hussam, Haitham dan Ahmed Abu Halaweh adalah mantan pejuang tetapi mereka tertipu seperti ratusan pejuang Suriah lainnya, bahwa perjanjian rekonsiliasi yang ditengahi Rusia di provinsi Daraa selatan akan mengakhiri pertumpahan darah dan mereka dapat hidup dengan damai.
Keamanan rezim mengatakan pada saat itu semua pemberontak yang meletakkan senjata harus bergabung dengan tentara atau ditahan. Sebagian besar tahanan telah disiksa sampai mati, kata kelompok pemantau dan aktivis setempat.
Sumber-sumber oposisi Suriah mengatakan lebih dari 500.000 tahanan tetap berada di dalam penjara rezim Suriah.
Sebuah laporan oleh Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) mengungkapkan jumlah tahanan, yang menghilang dan meninggal di penjara-penjara Suriah, mendokumentasikan 13.197 warga sipil yang tewas dalam penyiksaan, dari Maret 2011 hingga Juni 2018. Menurut laporan itu, korban mencakup 167 anak dan 59 wanita, sementara setidaknya 121.829 orang masih dalam penahanan sewenang-wenang atau penghilangan paksa, dengan sekitar 87% dalam penahanan. (haninmazaya/arrahmah.com)