VANCOUVER (Arrahmah.com) – Mengutip Arab News pada Jum’at (24/10/2014), pria bersenjata yang menembak dan membunuh seorang tentara dan menyerbu Parlemen Kanada ternyata seorang pecandu narkoba dan ditolak oleh Imam Masjid Vancouver Kanada.
Michael Zehaf-Bibeau sebelumnya dilaporkan pengurus Masjid Vancouver pernah mengeluh bahwa Masjid Al-Salaam yang ia datangi “terlalu liberal dan inklusif.” Akhirnya dia dikeluarkan setelah ia berulang kali menghabiskan malam di sana meskipun para pengurus masjid mengatakan kepadanya untuk tidak datang lagi berkali-kali, Jumat (24/10).
Aasim Rashid, juru bicara Asosiasi Muslim British Columbia, mengatakan bahwa Michael Zehaf-Bibeau mengunjungi masjid Masjid Al-Salaam selama tiga sampai empat bulan menjelang akhir 2011, dan mungkin awal 2012, sebelum ia diberitahu untuk tidak datang kembali.
Rashid mengatakan bahwa sebelum Zehaf-Bibeau mendapat masalah untuk menggunakan masjid sebagai tempat tinggal sementaranya, dia mengeluh kepada pemimpin dalam kepengurusan sebelumnya tentang keterbukaan masjid dan kesediaan untuk membiarkan non-Muslim berkunjung.
“Pengurus masjid menyuruhnya tenang dan menjelaskan kepadanya bahwa ini adalah bagaimana mereka menjalankan masjid dan bahwa mereka akan menjaga pintu [tetap] terbuka untuk semua Muslim dan non-Muslim yang ingin mengunjunginya,” katanya pada konferensi pers yang diadakan di masjid, Jumat (24/10).
Rashid mengatakan bahwa Zehaf-Bibeau diberitahu dia harus pergi sholat di sebuah masjid yang berbeda jika dia tidak setuju. Namun, dia tinggal sampai dia akhirnya diminta untuk meninggalkannya ketika para pengurus mengetahui dia masih tidur di masjid, sementara berjuang melawan masalah [pelanggaran] hukum.
Setelah kedua atau ketiga kalinya, ia diperintahkan untuk meninggalkan tempat dan “tidak kembali,” kata Rashid.
“Ini adalah interaksi terakhir bahwa orang-orang dari masjid ini dengan dia,” tegasnya.
Zehaf-Bibeau (32), menembak mati seorang tentara di monumen peringatan perang nasional Kanada Rabu (2210), dan akhirnya ditembak di dalam Parlemen oleh sersan yang sedang berjaga.
Dikait-kaitkan dengan ISIS
Motif aksi Bibeau masih belum diketahui, namun Perdana Menteri Stephen Harper menyebut serangan penembakan itu tergolong terorisme. Pertumpahan darah itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Kanada menderita pembalasan karena telah bergabung dengan kampanye serangan udara pimpinan AS terhadap ekstrimis Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
The Royal Canadian Mounted Police merilis dua foto dari Zehaf-Bibeau pada Jumat malam (24/10) dalam upaya memberi informasi pelaku kejahatan kepada masyarakat. Salah satu fotonya bergambar mobil yang dia gunakan dalam serangan itu dan yang lain adalah mug shot yang diambil oleh polisi Vancouver. Polisi mengatakan mereka sangat tertarik pada informasi mengenai kejadian di Ottawa sejak 2 Oktober lalu.
Serangan di Ottawa terjadi dua hari setelah seorang pria digambarkan sebagai “teroris yang terinspirasi ISIL” menabrak lebih dari dua tentara di tempat parkir di Quebec, menewaskan satu orang dan melukai yang lain sebelum ditembak mati oleh polisi. Pria itu telah berada di bawah pengawasan oleh otoritas Kanada. Yang ditakutkan adalah dia memiliki ambisi jihad dan pernah disita paspornya ketika ia mencoba untuk melakukan perjalanan ke Turki.
Rashid mengatakan asosiasi Muslim telah bekerja pada program pencegahan yang berfokus pada meminimalkan efek propaganda teroris dan kriminal di Kanada. Ia mengecam tindak kekerasan tersebut.
“Ini adalah tindak kekerasan kriminal dan menunjukkan pengabaian bagi hidup manusia dan hukum dunia serta agama,” katanya tegas. “Kami secara terbuka mengecam propaganda kelompok ilegal yang mencoba untuk menghasut masyarakat Kanada dan menyakiti Kanada lainnya.”
Pada bulan Juli, seorang pria lain yang menghadiri Masjid Al-Salaam, Hasibullah Yusufzai (25), didakwa di bawah undang-undang anti-terorisme baru karena diduga meninggalkan negara itu untuk bergabung dengan ISIS di Suriah. Yusufzai diyakini telah meninggalkan Kanada pada bulan Januari.
Rashid mengatakan Yusufzai menghadiri masjid dua atau tiga tahun lalu. “Kita tahu bahwa pada suatu saat ia diminta untuk meninggalkan masjid ini karena ia mengungkapkan pandangan tertentu [yang ekstrim],” katanya.
Rekam jejak kriminalitas
Sementara dia tinggal di Vancouver pada tahun 2011, Zehaf-Bibeau ditangkap atas tuduhan perampokan. Selama pemeriksaan psikologis yang diperintahkan pengadilan, dia mengatakan dia melakukan kejahatan untuk tujuan tunggal yakni bisa masuk enjara.
Sebuah hasil evaluasi mengatakan Zehaf-Bibeau yakin bahwa penjara adalah satu-satunya cara untuk mengatasi kecanduannya terhadap crack (sejenis narkoba) dan bahwa sebagai “seorang Muslim yang taat”, dia pikir dipenjara adalah cara untuk membayar kesalahannya.
Berbeda dengan penyerang dalam kasus Quebec, Zehaf-Bibeau tidak diawasi oleh pihak berwenang. Namun seorang pejabat kepolisian mengatakan Zehaf-Bibeau – yang ayahnya dari Libya – mungkin telah mengalami frustrasi atas penundaan dalam mendapatkan paspornya.
Bob Paulson, komisaris Royal Canadian Mounted Police, mengatakan e-mail Zehaf-Bibeau itu ditemukan pada hard drive seseorang yang dituduh melakukan tindak teroris. Dia tidak mengatakan siapa dan menggambarkan hubungan mereka renggang.
Paspor Zehaf-Bibeau ini belum dicabut atau aplikasinya ditolak, namun pihak berwenang masih menyelidiki apakah akan memberinya satu, kata Paulson. Menunggu passpor tampaknya membebani Zehalf-Bibeau.
Abubakir Abdelkareem, yang sering mengunjungi Ottawa Mission, pusat penampungan tunawisma kota di mana Zehaf-Bibeau tinggal dalam beberapa pekan terakhir, mengatakan Zehaf-Bibeau pernah mengaku dia punya masalah obat tetapi telah bersih selama tiga bulan dan mencoba untuk menghindari godaan dengan pergi ke Libya.
Tetapi pada hari-hari sebelum serangan itu, Abdelkareem mengatakan Zehaf-Bibeau berhenti banyak bicara dan jadi tidak bergaul, serta tidur terus di siang hari. Saat itulah Abdelkareem menyimpulkan Zehaf-Bibeau kembali pada obat-obatan.
Dalam sebuah e-mail kepada AP, ibu Zehaf-Bibeau, Susan Bibeau,mengungkapkan kengerian dan kesedihan atas apa yang terjadi. Ia mengatakan bahwa anaknya tampak tersesat dan “tidak nyaman,” dan bahwa ia tidak melihat dia selama lebih dari lima tahun sampai makan siang dengan dia pekan lalu. Wallahua’lam bishawab. (adibahasan/arrahmah.com)