Badan kependudukan China mengatakan pada tahun 2020, jumlah pria pada usia perkawinan, akan lebih banyak 30 juta jiwa daripada wanita yang sebaya.
Komisi Kependudukan dan Keluarga Berencana China mengatakan keadaan ini dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak sosial karena banyak pria akan kesulitan mendapat istri.
Pada tahun 2005 lalu, rasio anak laki-laki dan perempuan di China adalah 118 banding 100. Pada tahun 200, rasio itu 110 bocah laki banding 100 bocah perempuan.
Komisi ini mengatakan banyak orang tua lebih suka bayi laki-laki; hal ini ditambah dengan kebijakan satu anak yang mulai berlaku pada tahun 1970an, membuat sebagian kaum wanita menggugurkan janin perempuan.
Juga muncul kecurigaan bahwa tidak semua kelahiran bayi perempuan dilaporkan.
Menurut laporan Komisi Kependudukan dan Keluarga Berencana China, di beberapa wilayah di China selatan, seperti Guangdong and Hainan, rasio itu menjadi 130 anak laki-laki dibanding 100 anak perempuan pada tahun 2005.
“Semakin sulitnya pria menemukan istri mungkin menyebabkan gejolak sosial,” kata laporan ini.
Laporan itu juga mengatakan, penduduk China yang kini mencapai 1,3 miliar jiwa akan bertambah 200 juta jiwa lagi menjelang tahun 2033.
Dan, jumlah warga usia 60-an akan meningkat dari 143 juta jiwa hingga 430 juta orang menjelang tahun 2040, 30% dari keseluruhan penduduk.
China perlu untuk memperbaiki untuk memperbaiki sistem jaminan sosial dan sistem pensiun dan juga kebijakan keluarga berencana, pendidikan dan layanan kesehatan, kata laporan Komisi Kependudukan dan Keluarga Berencana China tersebut. [bbc]