DUBAI (Arrahmah.com) – Press TV Iran melaporkan pada Senin (30/11/2020) bahwa senjata yang digunakan dalam pembunuhan ilmuwan nuklir Iran terkemuka Mohsen Fakhrizadeh minggu lalu dibuat di “Israel”, musuh lama Republik Islam.
“Senjata yang dikumpulkan dari lokasi aksi teroris (di mana Fakhrizadeh dibunuh) memuat logo dan spesifikasi industri militer ‘Israel’,” kata sumber yang tidak disebutkan namanya kepada Press TV.
Di Yerusalem, tidak ada jawaban langsung dari pejabat “Israel” yang dihubungi untuk mengomentari laporan tersebut.
Kantor berita semi-resmi Iran Fars mengatakan pada Ahad (29/11) bahwa Fakhrizadeh dibunuh oleh senapan mesin yang dioperasikan dengan remote control, sementara TV berbahasa Arab Al Alam TV melaporkan bahwa senjata yang digunakan dalam pembunuhan Fakhrizadeh “dikendalikan oleh satelit”.
Para saksi pada Jumat (27/11) mengatakan kepada TV pemerintah bahwa ada pria bersenjata di tempat kejadian.
Menurut Press TV, menteri intelijen “Israel” Eli Cohen mengatakan kepada stasiun radio 103 FM pada Senin (30/11) bahwa dia tidak tahu siapa yang bertanggung jawab.
Fakhrizadeh, yang sosoknya jarang beredar di publik Iran tetapi dinobatkan oleh “Israel” sebagai pemain utama dalam apa yang dikatakan sebagai pencarian senjata nuklir Iran, terbunuh pada Jumat (27/11) ketika dia disergap di jalan raya dekat Teheran dan mobilnya dihujani peluru.
Iran membumikan Fakhrizadeh di sebuah pemakaman di Teheran utara pada Senin (30/11), TV pemerintah melaporkan, ketika menteri pertahanan berjanji bahwa Iran akan membalas pembunuhannya.
Para ulama dan penguasa militer Iran menyalahkan “Israel”, atas pembunuhan Fakhrizadeh, meningkatkan ancaman konfrontasi baru dengan Barat dan “Israel” di minggu-minggu sisa masa kepresidenan Donald Trump.
Ketika ditanya tentang potensi pembalasan Iran, Cohen mengatakan kepada stasiun radio 103: “Kami memiliki supremasi intelijen regional, dan dalam hal ini kami siap, kami meningkatkan kewaspadaan, di tempat-tempat yang diperlukan.”
Harian garis keras Iran Kayhan, yang pemimpin redaksinya ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dalam sebuah opini pada Ahad (29/11) menyerukan serangan terhadap kota pelabuhan “Israel” Haifa, jika peran “Israel” dalam pembunuhan Fakhrizadeh terbukti.
Serangan semacam itu juga diklaim akan mempersulit upaya Presiden terpilih AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali relasi dengan Teheran setelah dia menjabat pada 20 Januari.
Ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat sejak 2018, ketika Trump keluar dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan enam kekuatan dan menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Sebagai pembalasan, Teheran secara bertahap melanggar pembatasan kesepakatan pada program nuklirnya. Biden mengatakan dia akan mengembalikan Amerika Serikat ke kesepakatan jika Iran melanjutkan kepatuhan.
Teheran selalu membantah mencari senjata nuklir. (Althaf/arrahmah.com)