SANA’A (Arrahmah.com) – Presiden Ali Abdullah Saleh telah membuat komentar samar bahwa ia mau untuk menanggalkan kekuasaan dalam pidato pertamanya sejak kembali ke Yaman, namun ia tidak memberikan rencana yang cukup konkrit untuk menentukan masa depan negaranya, lansir DawnNews kemarin (9/10/2011).
Ungkapan ini jelas menimbulkan keraguan. Pihak-pihak yang selama ini kontra dengan Saleh menyatakan bahwa ungkapannya ini pasti tidak sunggung-sungguh.
Saleh bukan pertama kali menyatakan kemauannya untuk turun di tengah delapan bulan aksi protes meminta kekuasaannya segera berakhir. Ia pun berulang kali menolak untuk mengundurkan diri dan menepis kesepakatan yang didukung oleh AS agar ia segera menyerahkan kekuasaannya.
Deklarasi meragukan Saleh ini ditayangkan melalui statsiun televisi negara pada hari Sabtu (9/10). Saat itu Saleh berbicara di hadapan para anggota legislatif.
“Saya tidak pernah menginginkan kekuasaan. Saya akan menolak untuk berkuasa di masa-masa yang akan datang. Saya akan menyerah,” katanya. “Namun harus dipastikan bahwa orang yang akan menggantikan saya adalah orang yang pandai menepati janji, baik itu dari kalangan sipil maupun militer. Dia pun tidak boleh menghancurkan negeri ini.”
Saleh tidak secara jelas menjelaskan kepada siapa ia tujukan pernyataannya ini. Salah hanya menyatakan bahwa ia kan bertemu dengan parlemen dalam beberapa hari mendatang untuk melakukan diskusi mengenai situasi di Yaman.
Para anggota oposisi merasa skeptis dengan komentar Saleh. Mohammed al-Sabri, salah seorang juru bicara oposisi, menyatakan kata-kata Saleh dimaksudkan untuk menggiring opini populer jelang pertemuan Dewan Keamanan PBB.
“Jika presiden serius dan yakin bahwa masyarakat tidak menginginkannya ia harus melakukannya hari ini, bukan besok,” kata al Sabri.
Al Sabri juga mengklaim bahwa pidato Saleh ini ditujukan untuk memperoleh simpati dari Barat mengingat pidato tersebut ditayangkan saat tidak ada aliran listrik di Yaman, dan tak seorang pun akan menonton. Listrik di Sana’a telah sporadis dimatikan. Listrik kadang-kadang hanya menyala dua hari sekali sejak pertempuran bulan lalu mengguncang Sana’a.
“Rakyat Yaman hanya dimanfaatkan untuk kebohongannya. Dia sudah terlalu sering menjanjikan sesuatu dan tidak pernah menepatinya,” katanya. “Ini semacam tayangan opera sabun yang selalu diulang-ulang,” tandasnya. (althaf/arrahmah.com)