KIEV (Arrahmah.id) – Presiden Ukraina mendesak “mitra” negaranya di Eropa untuk mengerahkan 1% dari semua pesawat, tank, dan persenjataan NATO untuk pertahanan negara.
Berbicara tentang penguatan “keamanan bersama” dari semua negara Eropa, Volodymyr Zelenskyy dalam video menekankan bahwa “harga keamanan ini” termasuk pesawat, tank, sistem pertahanan anti-rudal dan persenjataan anti-kapal untuk Ukraina.
“Inilah yang dimiliki mitra kami. Inilah yang ditutupi debu di fasilitas penyimpanan mereka. Bagaimanapun, ini semua untuk kebebasan tidak hanya di Ukraina – ini untuk kebebasan di Eropa. Karena hal tersebut tidak dapat diterima oleh semua orang di benua, jika negara-negara Baltik, Polandia, Slovakia dan seluruh Eropa Timur berisiko bentrok dengan penjajah Rusia,” katanya, dalam video yang dirilis pada Sabtu (26/3/2022) malam.
Zelenskyy bahkan mengaku telah menunggu selama 31 hari.
“Beresiko ketika mereka hanya meninggalkan 1% dari semua pesawat NATO dan 1% dari semua tank NATO di suatu tempat di hanggar mereka. Satu persen! Kami tidak meminta lebih. Dan kami tidak meminta lebih. Dan kami sudah menunggu selama 31 hari!” ujar Zelenskyy.
Ia bahkan mengajukan pertanyaan retoris soal peran NATO.
“(Siapa sebetulnya) yang memerintah Aliansi Euro-Atlantik,” kata Zelensky
Dia menekankan bahwa “mitra” perlu meningkatkan bantuan ke Ukraina karena masalahnya adalah keamanan Eropa.
Dalam video tersebut, Zelenskyy juga mengucapkan terima kasih kepada Angkatan Bersenjata Ukraina, semua pembela dan Garda Nasional. Dia mengatakan semua orang di Ukraina telah bersatu dan telah mencurahkan seluruh energi mereka untuk pertahanan negara selama lebih dari sebulan.
Berbicara kepada para pembela kota Mariupol yang terkepung di tenggara Ukraina, pemimpin negara itu memuji tekad, kepahlawanan, dan ketahanan mereka.
“Saya berterima kasih kepada mereka masing-masing! Saya berharap setidaknya sebagian dari keberanian mereka kepada mereka yang telah berpikir selama 31 hari bagaimana mentransfer selusin atau dua pesawat atau tank,” katanya, dilansir Anadolu Agency.
“Pasukan Rusia menghancurkan segala sesuatu yang membuat kita menjadi bangsa, tetapi mereka akan dimintai pertanggungjawaban untuk itu,” pungkasnya.
Rusia memulai perangnya pada 24 Februari. Hal itu telah disambut dengan kemarahan internasional, dengan Uni Eropa, AS, dan Inggris, antara lain, menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.
Setidaknya 1.081 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 1.707 terluka, menurut perkiraan PBB, sementara mencatat bahwa angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
Lebih dari 3,7 juta orang Ukraina juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, dengan lebih dari 6,5 juta mengungsi di dalam negeri, menurut badan pengungsi PBB. (rafa/arrahmah.id)