TUNIS (Arrahmah.com) – Presiden Tunisia terpilih, Kais Saied, memenangkan pilpres dua putaran Tunisia. Meski maju melalui jalur independen, ia berhasil menarik perhatian kaum islamis dan golongan kiri.
Kemenangannya menimbulkan keresahan tersendiri di kalangan warga Yahudi Tunisia. Dalam salah satu kampanyenya, Kais disebutkan pernah mengatakan akan melarang pemegang paspor Israel untuk menginjakkan kakinya di Tunisia.
“Kita tidak punya masalah dengan Yahudi Israel. Namun menjalin hubungan dengan negara tersebut merupakan salah satu pengkhianatan besar. Menjalin hubungan dengan Israel merupakan perkara terlarang. Kita wajib melarang setiap mereka yang membawa paspor Israel untuk mengunjungi Tunisia,” ucapnya ketika kampanye, seperti dikutip dari salah satu media Israel i24news, lansir Suara Palestina.
Namun demikian Kais telah mengumumkan bahwa penganut Yahudi Tunisia merupakan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari negara. Hal ini, menurutnya, tidak bertentangan dengan pemboikotan terhadap warga Israel.
Disebutkan bahwa Yahudi dari seluruh dunia biasanya melakukan kunjungannya ke Tunisia, khususnya ketika menyambut perayaan hari raya obor. Yaitu peringatan pemberontakan kaum Yahudi di tanah Israel dipimpin oleh Simon Bar Kokhba melawan Romawi.
Dikutip dari situs lokal Palestina Al-Qudsn, Kais merupakan tokoh yang terang-terangan menyampaikan kebenciannya terhadap Yahudi.
Ia pernah mengatakan, “Kita sedang berperang dengan zionis. Normalisasi hubungan dengan Israel merupakan pengkhianatan.”
Selain itu, profesor hukum konstitusi kelahiran 1958 (61 tahun) itu, juga dikenal dengan gagasannya yang bercorak konservatif. Sebagian pengamat memprediksi bahwa pemerintahannya akan mengembalikan kekuatan agama dalam Negara.
Buktinya, Kais adalah salah satu tokoh yang menentang undang-undang persamaan harta warisan antara laki-laki dan perempuan, yang pernah heboh ketika masa pemerintahan sebelumnya.
Menurutnya metode pembagian harta warisan dalam Islam sudah sangat jelas dan telah final disampaikan dalam Al-Quran. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk keluar dari ketentuan yang sudah ada.
Diketahui, profesor Kais Saied menang pemilu presiden Tunisia dengan meraih 72,71% suara. Hasil resmi itu berdasarkan pengumuman Komisi Pemilu Tunisia. Ia berhasil mengalahkan raja media massa Tunisia yang memiliki pengaruh besar, Nabil Karoui.
(ameera/arrahmah.com)