NUSA DUA (Arrahmah.com) – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan kepemimpinan adalah faktor penentu untuk mencegah penyebaran AIDS secara efektif dan berkelanjutan.
Presiden dalam pidatonya pada pembukaan konferensi internasional ke-9 tentang AIDS di Asia Pasifik (ICAAP) di Kompleks Garuda Wisnu Kencana (GWK), Nusa Dua, Bali, Minggu (9/8) malam, mengatakan penekanan angka penyebaran AIDS membutuhkan kebijakan khusus yang berkelanjutan.
“Tentu saja kebijakan ini tidak datang begitu saja, tetapi dari kepemimpinan. Tanpa kepemimpinan maka usaha ini menjadi sporadis, tidak fokus, dan kurang sumber daya,” ujarnya.
Sebagai salah satu peran kepemimpinan dalam upaya memerangi penyakit AIDS, Presiden Yudhoyono di hadapan sekitar 3.000 peserta ICAAP dari 51 negara Asia dan 14 negara Pasifik mengatakan, pada 2006 ia membentuk Komisi Nasional Penanggulangan AIDS di Indonesia.
“Komisi penanggulangan AIDS ini bersifat mandiri dan langsung lapor ke saya,” ujarnya.
Sejak tiga tahun terakhir, Presiden menjelaskan, Indonesia telah memerangi penyebaran AIDS dengan langkah terinci yang terangkum dalam kebijakan nasional, termasuk untuk meningkatkan kesadaran publik guna mencegah penyebaran AIDS.
Hasilnya, kepala negara menyebutkan, Indonesia kini telah memiliki lebih dari 100 pusat kesehatan bagi penderita AIDS. Jumlah itu jauh lebih banyak daripada 2005 yang hanya 17 pusat kesehatan.
Anggaran untuk memerangi AIDS pun juga meningkat setiap tahunnya. Presiden menyebutkan, sejak 2006 hingga 2009 anggaran pemerintah khusus menangani masalah AIDS meningkat tujuh kali, dari 11 juta miliar dolar AS menjadi 73 dolar AS.
Meski menegaskan peran penting kepemimpinan untuk mencegah penyebaran AIDS, Presiden dalam pidatonya juga mengingatkan pemerintah tidak bisa sendirian menangani masalah AIDS.
Ia berharap kerjasama erat dan sinergis dari semua komunitas dan juga kalangan swasta dalam menangani masalah AIDS.
Ia juga mengimbau kerjasama di tingkat regional dan global, utamanya untuk menemukan vaksin penyembuh AIDS.
Pada pembukaan ICAAP, Presiden Yudhoyono menerima plakat penghargaan dari Ketua Kongres ke-9 ICAAP, Prof.Dr. Zubairi Djoerban, atas komitmen kepemimpinan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.
Tema kongres ke-9 ICAAP yang akan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah “Memberdayakan Manusia, Memperkuat Jejaring”.
Konferensi yang diikuti 3.000 peserta dari 51 negara Asia dan 14 negara Pasifik itu diharapkan dapat mendukung terciptanya komunitas dinamis dengan manusia-manusia berdaya di seluruh kawasan Asia Pasifik sehingga mampu melakukan penanggulangan holisitik dan lebih efektif dalam menanggapi pandemi lintas batas di negara-negara kawasan Asia Pasifik.
ICAAP diselenggarakan dua tahun sekali sebagai forum diskusi dan media penyebarluasan perkembangan ilmu, program, dan kebijakan dalam rangka respon global terhadap HIV/AIDS dan diselenggarakan oleh AIDS Society of Asia and the Pacific (ASAP).
Menurut Independent Commision on AIDS in Asia, pada 2008 AIDS merupakan penyebab kematian dan kehilangan pekerjaan bagi manusia dengan rentang usia 15-44 tahun. Jumlah orang hidup dengan HIV (ODHIV) di Asia pada 2007 diperkirakan mencapai 5 juta orang dengan jumlah kasus infeksi baru sebanyak 380 ribu kasus.
Di kawasan pasifik saja, diperkirakan terdapat 740 ribu ODHA pada 2007, dengan jumlah kasus infeksi baru sebanyak 130 ribu.
Agenda ICAAP terdiri atas sesi pleno dengan peneliti, tokoh-tokoh masyarakat, dan spesialis kebijakan yang dapat berbagi informasi dan pengalaman terkini.
Sebanyak 24 simposium dengan berbagai topik di antaranya upaya mengatasi hambatan legal dan kriminalisasi populasi beresiko, sebuah sesi kepemimpinan bagi peserta dari pasifik, 62 sesi presentasi oral berkaitan dengan pencegahan, perawatan dukungan, perawatan dan pengobatan HIV/AIDS, memahami faktor sosial budaya, ekonomi, dan politik penanggulangan AIDS dan kepemimpinan.
Selain itu, juga akan ada 32 skill building workshop yang bertujuan membantu peserta meningkatkan kemampuan dalam tugas sehari-hari mereka, serta pertemuan satelit dan pameran yang memperlihatkan upaya sektor swasta, lembaga pemerintah dan internasional dalam penanggulangan HIV/AIDS. (ant/arrahmah.com)