RIYADH (Arrahmah.id) — Presiden Suriah Bashar al-Assad tiba di Arab Saudi pada hari Kamis (18/5/2023), untuk menghadiri pertemuan regional KTT Liga arab yang menandai kembalinya Suriah ke pangkuan Arab. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke Arab Saudi sejak konflik Suriah dimulai pada tahun 2011.
Kehadiran Assad dalam KTT Liga Arab adalah langkah besar dalam memulihkan hubungan yang terputus selama 12 tahun. Pada masa itu, Assad mencari dukungan dari sekutu non-Arab seperti Iran dan Rusia, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press (18/5).
Liga Arab yang terdiri dari 22 anggota, saat ini tengah mengadakan pertemuan di kota Jeddah, Arab Saudi. Mereka baru-baru ini mengembalikan keanggotaan Suriah dan kini siap menyambut kembalinya Assad, yang sebelumnya dianggap sebagai paria regional. Presiden Suriah ini secara resmi diundang untuk menghadiri pertemuan tersebut minggu lalu.
Assad terlihat santai dan ceria saat turun dari pesawat, di mana ia disambut oleh Pangeran Badr bin Sultan, wakil gubernur kota suci Mekah, bersama dengan Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit, dan beberapa pejabat lokal.
Selama perang saudara Suriah, Arab Saudi menjadi pendukung utama kelompok pemberontak bersenjata yang berusaha menggulingkan Assad.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Riyadh meminta dialog untuk mengakhiri konflik yang menewaskan setengah juta orang dan mengungsikan separuh dari rakyat Suriah sebelum perang.
Pasukan Assad berhasil mengendalikan sebagian besar wilayah Suriah berkat dukungan dari Rusia dan Iran yang membantu memutarbalikkan keadaan perang menjadi keuntungannya.
Hubungan antara Suriah dan Arab Saudi mengalami pasang surut sejak Assad menjabat pada tahun 2000 usai kematian ayahnya, Hafez al-Assad, mantan presiden Suriah.
Kedua negara memutuskan hubungan tahun 2012, pada puncak konflik Suriah. Minggu lalu, mereka sepakat untuk membuka kembali kedutaan besar masing-masing.
Pada bulan April, Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad datang ke Riyadh, dan rekannya dari Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengunjungi Damaskus dan bertemu dengan Assad. Mekdad juga ikut serta dalam pertemuan menteri luar negeri Arab di Jeddah hari Rabu menjelang pertemuan tingkat tinggi.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mendorong perdamaian di wilayah tersebut. Selama beberapa bulan terakhir, Riyadh memperbaiki hubungannya dengan Iran, memulihkan hubungan dengan Suriah, dan akan mengakhiri perang yang telah berlangsung bertahun-tahun di Yaman.
Iran, sebagai pendukung utama pemerintah Suriah dalam konflik di negara tersebut, menandatangani perjanjian di China pada Maret untuk melanjutkan hubungan dengan Arab Saudi.
Peningkatan hubungan antara Arab Saudi dan Iran diharapkan punya dampak positif bagi negara-negara di Timur Tengah di mana keduanya mendukung kelompok yang bersaing.
Namun, investasi di Suriah yang dilanda perang kemungkinan tidak akan terjadi karena sanksi-sanksi Barat terhadap pemerintahan Assad masih berlaku dan dapat mencegah negara-negara Arab kaya minyak untuk segera memberikan dana rekonstruksi.
Washington sangat menentang normalisasi hubungan dengan Assad dan menyatakan bahwa penyelesaian konflik Suriah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB harus menjadi prioritas utama.
Kontak diplomatik antara Damaskus dan negara-negara Arab semakin intensif setelah gempa bumi pada 6 Februari yang melanda Turki dan Suriah, menewaskan lebih dari 50.000 orang, termasuk lebih dari 6.000 di Suriah. (hanoum/arrahmah.id)