BEIJING (Arrahmah.id) — Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyuarakan dukungan terhadap kebijakan Cina di Xinjiang kampung bagi jutaan etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya.
Dukungan itu diutarakan Abbas dalam pernyataan bersamanya dengan Presiden Cina Xi Jinping saat berkunjung ke Beijing pada Rabu (14/6/2023).
Dalam pernyataan itu, Abbas dan Xi sepakat bahwa “masalah terkait Xinjiang sama sekali bukan soal hak asasi manusia, tetapi terorisme, deradikalisasi, dan anti-separatisme.”
“Palestina dengan tegas menentang campur tangan dalam urusan dalam negeri Cina dengan dalih masalah terkait Xinjiang,” bunyi pernyataan bersama itu, dikutip dari CNN (15/6).
Abbas juga menyatakan dukungan Palestina untuk Cina terkait isu Taiwan dan Hong Kong. Dalam pernyataan itu, ia menegaskan pemerintahan Xi sebagai “satu-satunya yang sah memimpin seluruh Cina.”
Selama ini, Cina terus disorot soal dugaan pelanggaran HAM di Xinjiang. Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah kelompok HAM internasional melaporkan Cina menahan jutaan etnis Uighur di penampungan layaknya kamp konsentrasi.
Jutaan etnis Uighur itu disebut menerima indoktrinisasi. Beberapa laporan mengungkap tindakan kekerasan hingga diskriminasi sistematis kerap diterima warga Uighur di Xinjiang.
Pemerintah Cina juga dilaporkan membatasi aktivitas keagamaan umat Muslim di wilayah itu.
Komunitas internasional berulang kali mengutarakan kekhawatiran hingga kecaman terhadap dugaan pelanggaran HAM di Xinjiang ini.
Sementara itu, Cina membantah telah melakukan pelanggaran HAM di wilayahnya sendiri. Beijing mengaku memang menampung banyak warga Uighur di kamp penampungan.
Namun, berdalih kamp itu dibentuk sebagai tempat pelatihan pendidikan vokasi bagi warga Uighur yang mayoritas tidak mengenyam pendidikan tinggi agar memiliki keahlian.
Pernyataan bersama Abbas dan Xi soal Xinjiang ini cukup mengejutkan lantaran Palestina merupakan negara Muslim.
Namun, relasi Palestina dan Cina memang semakin mesra dalam beberapa tahun terakhir. Akhir tahun lalu, Xi juga bertemu dengan Abbas di Riyadh, Arab Saudi, dan menegaskan komitmen Cina untuk membantu Palestina.
Xi bahkan menegaskan dukungannya terhadap pembentukan negara Palestina dan keanggotaan penuh Ramallah di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Palestina dan Cina juga menyepakati penguatan kerja sama strategis selama latawan empat hari Abbas di Beijing.
Menurut profesor kebijakan luar negeri Cina di Universitas Hacettepe Turki, Erkin Ekrem, sikap dukungan Palestina soal kebijakan Xinjiang tidaklah mengejutkan.
Menurut Ekrem, meski Palestina memiliki alasan mendukung Uighur, mendukung Cina akan lebih menguntungkan kepentingan nasional Ramallah.
“Masalah Uighur tidak sejalan dengan kepentingan Palestina. Oleh karena itu, perhatian utama di sini adalah kepentingan nasional Palestina,” papar Ekrem seperti dikutip Radio Free Asia.
“Manfaat yang bisa mereka peroleh dari Cina lebih besar daripada keuntungan mendukung Uighur. Dalam situasi seperti ini, masalah Uighur, terlepas dari fakta Uighur adalah saudara Muslim, bukan lah prioritas bagi mereka,” ujarnya menambahkan. (hanoum/arrahmah.id)