Lebanon (Arrahmah.com) – Presiden Lebanon, Jendral Michel Suleiman, akhirnya memberikan komentar pertamanya atas upaya pengeboman yang dilakukan oleh mentri Lebanon pro Suriah, Michael Samahah. Kepada para wartawan pada Sabtu (19/8/2012) Presiden Lebanon itu menyebut bom yang hendak diledakkan oleh sang mentri sangat mengerikan.
Kepada wartawan, Suleiman menyatakan, “Hubungan saya dengan presiden Asad baik, sudah sangat terkenal dan diketahui luas oleh semua pihak. Saya mengakui hal itu. Hal yang perlu saya tegaskan, hapir saja ada beberapa pengeboman. Segala puji bagi Allah, akhirnya pengeboman itu tidak terjadi.
Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya berharap tidak ada pihak resmi Suriah apapun yang terkait dengan pengeboman ini. Saya berharap upaya pengeboman ini murni tindakan beberapa orang yang tidak bertindak atas dasar perintah resmi pemerintahan pusat (Damaskus). Kita persilahkan pengadilan yang menyelesaikan kasus ini.”
“Saya berharap presiden Suriah menghubungi saya, namun sampai saat ini ia tidak menghubungi saya.”
Presiden Lebanon beragama Katolik Maronit itu selama ini dituding pro rezim Suriah. Publik Lebanon mempertanyakan ketegasan sikap Presiden terhadap mentri yang tertangkap basah mengatur rencana pengeboman di kawasan Katolik Maronit Lebanon. Para pengamat meyakini rencana jahat itu bertujuan mengadu domba pihak muslim sunni Lebanon dengan pihak Kristen. Jika perang intern itu meletus di Lebanon, rezim Suriah akan memetik keuntungan.
Presiden Lebanon menyangkal keras tudingan bahwa dirinya pro rezim Suriah. “Saya adalah pemimpin tentara Lebanon, bukan pemimpin tentara Suriah. Jika ada yang menyatakan bahwa saya adalah orang yang ditempatkan oleh orang-orang Suriah, hendaknya ia juga mengetahui bahwa di sini ada parlemen yang menempatkan seorang pemimpin tentara yang tidak menjalankan tugasnya atas dasar perintah dari Suriah.”
“Saat saya memerangi Israel, itu bukanlah permintaan Suriah kepadaku. Saya berperang di Dhaniyah bukan karena keinginan Suriah. Demikian pula peristiwa perang di kamp pengungsian Nahrul Bared. Saya menjaga kebebasan berpendapat dan menjamin keamanan para demonstran pada 8 dan 14 Agustus bukan atas permintaan Suriah. Saya menantang orang-orang yang menuduh saya untuk memberikan bukti!”
Michel Suleiman memimpin tentara Lebanon dalam perang dengan tentara Israel di lembah Beqaa Barat dan Lebanon Selatan 1996. Pada Mei-September 2007, Suleiman menggerakkan tentara Lebanon memerangi mujahidin Fatah Al-Islam di kamp pengungsian Nahrul Bared di Lebanon Utara.
Kritikan kepada presiden Lebanon menguat setelah ia bertemu dengan Jendral Ashraf Reifi dan Letjend Wisam Hasan. Dalam pertemuan itu presiden Lebanon memerintahkan penghentian ‘penyidikan lebih lanjut’ terhadap kasus mentri Michael Samahah. Presiden Lebanon dianggap melindungi tangan-tangan rezim Suriah yang berada di balik rencana pengeboman mentri Samahah.
Dalam wawancara dengan harian Lebanon, As-Safir, Presiden membantah kritikan pedas itu. “Ya, saya berterima kasih kepada aparat keamanan dalam negeri yang berhasil membongkar rencana pengeboman itu. Saya sendiri telah melihat bom-bom tersebut dan memang skala bom itu sangat mengerikan. (Jika informasi tidak berhasil dibongkar) bom itu sangat mungkin meledak di sana sini. Selebihnya adalah urusan pengadilan dan saya tidak akan menuduh seorang pun.”
Sementara itu ketua Partai Kekuatan Lebanon, Samir Jakjak, dalam siaran pers di Beirut dengan tegas menyebutkan bom-bom yang diserahkan oleh wakil dinas intelijen Suriah, Ali Mamluk, kepada mentri Lebanon Michail Samahah adalah rencana rezim Suriah untuk menimbulkan perang Lebanon antara muslim sunni dan Kristen Maronit. Tujuan utamanya mengalihkan perhatian dunia dari kebiadaban rezim Suriah kepada ‘perang saudara’ di Lebanon.
Jakjak menegaskan lolosnya pengangkutan bom-bom itu dari Suriah ke Lebanon melalui petinggi negara merupakan bukti Lebanon masih dalam hegemoni Suriah. Aparat keamanan dan intelijen tidak mengadakan pemeriksaan sama sekali terhadap mobil pembawa bom yang dikendarai oleh sang mentri.
Menurut Jakjak pemerintah Lebanon melakukan campur tangan untuk menghalangi aparat keamanan dalam negeri melakukan penyelidikan pengembangan atas kasus tersebut. Ia juga mempertanyakan pihak pengadilan yang tidak mau membeberkan bukti video dan rekaman kasus itu kepada publik.
(muhib almajdi/arrahmah.com)