KOREA UTARA (Arrahmah.com) – Pemimpin Kafir Republik Rakyat Korea Utara (Korut) Kim Joong iI dilaporkan meninggal dunia, pada Sabtu, (17/12/2011), pada usia 69 tahun, di ibukota Pyongyang.
Menurut televise resmi Korut, pada Ahad (18/12), kematian musuh besar Korea Selatan itu disebabkan gangguan fisik dan semangat kerja yang berlebihan.
Kematian Kim, yang diumumkan media resmi Korut, langsung menimbulkan krisis kebijakan luar negeri dan ketakutan bagi Washington dan sekutu-sekutunya, mengingat sejarah Pyongyang yang agresif dan persenjataan nuklirnya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menelepon Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Myung Bak pasca meninggalknya pimpinan Korea Utara Kim Jong-il. Keduanya sepakat merapatkan barisan dalam keamanan untuk mengantisipasi perkembangan yang akan terjadi di semenanjung Korea.
Obama melakukan percakapan telepon darurat dengan Myung Bak di Gedung Putih pada Minggu tengah malam waktu Washington DC, seperti dilansir Yonhap, Senin (19/12).
Sejumlah media Barat menyebutkan, Kim merupakan pemimpin yang keras kepala dan bengal. Ia dianggap sebagai penyulut ketegangan di Semenanjung Korea karena tetap mempertahankan program senjata nuklirnya dan memiliki peluru kendali yang sanggup menghancurkan tetangganya, Jepang dan Korsel.
Kematian Kim terjadi saat Korut dan AS tengah membuat upaya tentatif untuk memulai kembali perundingan enam negara yang terhenti soal program nuklir Korut.
Utusan nuklir Washington dan Pyongyang telah bertemu di New York pada Juli dan di Jenewa pada Oktober, tetapi dilaporkan tidak ada terobosan dalam dua pertemuan itu. Kantor berita Korsel Yonhap mengatakan, pertemuan ketiga bisa saja terjadi segera.
Korut keluar dari forum enam-pihak, yang melibatkan Amerika Serikat, China, kedua Korea, Jepang dan Rusia, pada April 2009, sebulan sebelum melakukan uji coba nuklir kedua.
Korut ingin forum itu dilanjutkan tanpa prasyarat dan mengatakan program pengayaan uraniumnya, yang pertama kali terungkapkan oleh pakar AS yang berkunjung ke sana setahun lalu, dapat didiskusikan pada pembicaraan itu.
Namun AS mengatakan, Korut harus menunjukkan “keseriusan tujuan” menuju denuklirisasi dengan menutup program itu. Korut mengatakan, pihaknya telah membuat kemajuan pesat dalam memperkaya uranium dan membangun reaktor baru.
Namun apa daya maut telah menjemputnya, kini Kim Joong il harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hadapan Allah. Sekuat apapun manusia tak kan mampu melawan ketetapan Allah.
(siraaj/arrahmah.com)