BISHKEK (Arrahmah.id) – Presiden Kirgistan Sadyr Japarov menandatangani dekrit pada Ahad (18/9/2022), menyatakan 19 September sebagai hari berkabung nasional, menurut kantor berita lokal Kabar.
Konflik bersenjata terjadi di perbatasan Kirgistan-Tajik pada 14-17 September dan mengakibatkan kematian warga Kirgistan.
Kementerian Luar Negeri Kirgistan juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menganggap bentrokan perbatasan di wilayahnya sebagai “tindakan agresi bersenjata yang direncanakan sebelumnya” oleh Tajikistan, lansir Anadolu.
Sementara itu, Tajikistan menganggap pihak Kirgistan bertanggung jawab atas bentrokan tersebut, dengan mengatakan mereka memulai “tindakan agresif terhadap integritas teritorial dan tidak dapat diganggu gugatnya perbatasan negara bagian Tajikistan dengan menggunakan semua jenis senjata api.”
Kementerian Kesehatan Kirgistan mengumumkan pada Ahad bahwa jumlah korban tewas dari bentrokan perbatasan mencapai 46, dengan 129 lainnya terluka.
Di antara yang tewas, 34 dilaporkan dari pihak Kirgistan, sedangkan 12 sisanya berasal dari pihak Tajik, kata Kementerian Darurat Kirgistan.
Kirgistan mengatakan hampir 136.000 penduduk dievakuasi dari desa-desa dekat Tajikistan, sementara Kementerian Luar Negeri Tajikistan mengatakan 25 warga sipil, termasuk anak-anak, tewas pada Jumat ketika pihak Kirgistan menargetkan desa-desa Tajikistan. (haninmazaya/arrahmah.id)