TEL AVIV (Arrahmah.id) – Presiden “Israel”, Isaac Herzog, mengatakan pada Kamis (18/1/2024) bahwa normalisasi hubungan “Israel” dengan Arab Saudi akan menjadi elemen kunci untuk mengakhiri perang, Anadolu Agency melaporkan.
Saat berpidato di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Herzog mengatakan Tel Aviv “kehilangan kepercayaan terhadap proses perdamaian, karena mereka melihat teror diagung-agungkan oleh tetangga kami.”
“Jika Anda bertanya kepada rata-rata orang “Israel” saat ini tentang kondisi mental mereka, tidak ada orang waras yang mau memikirkan apa yang akan menjadi solusi dari perjanjian perdamaian,” tambahnya dalam pernyataan yang dikutip oleh surat kabar The Times of Israel.
Presiden “Israel” mengatakan bahwa penghancuran Hamas akan “memungkinkan masa depan yang lebih baik bagi warga Palestina yang merupakan tetangga kami.”
Pembicaraan perdamaian yang disponsori AS antara Palestina dan “Israel” gagal pada 2014 karena penolakan “Israel” untuk menghentikan pembangunan permukiman di Tepi Barat yang diduduki.
Beberapa laporan bermunculan mengenai kemungkinan normalisasi hubungan antara “Israel” dan Arab Saudi sebelum pecahnya konflik Gaza pada 7 Oktober.
Pada Rabu (17/1), Menteri Luar Negeri Saudi Faisal Bin Farhan mengatakan kepada forum Davos bahwa “Israel” tidak dapat menikmati perdamaian tanpa pembentukan Negara Palestina.
“Israel” telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas, yang menurut Tel Aviv menewaskan sekitar 1.200 orang.
Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara “Israel”, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim oleh “Israel” telah dibunuh oleh Perlawanan Palestina.
Setidaknya 24.620 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 61.830 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan “Israel” telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut rusak atau hancur, menurut PBB. (zarahamala/arrahmah.id)