JERUSALEM (Arrahmah.com) – Israel mendukung berdirinya negara Palestina merdeka melalui perundingan dan bukan proklamasi sepihak di Sidang Majelis Umum pada September mendatang, demikian kata Presiden Israel Simon Peres pada Wakil Sekretasis Jenderal PBB Asha-Rose Mogiro pada Minggu (29/5/2011).
Peres mengklaim bahwa tindakan Palestina yang berniat memproklamirkan kemerdekaan secara sepihak sebagai tindakan sia-sia. “Takkan menghasilkan berdirinya satu negara secara sesungguhnya” demikian ungkap Peres.
Meskipun berulangkali perundingan damai dilakukan dan berulangkali pula Israel melanggar perundingan, Peres tetap mengatakan bahwa satu-satunya cara bagi berdirinya negara Palestina ialah melalui pembicaraan “langsung dan terpisah” antara kedua pihak, tambah Peres, sebagaimana dilaporkan Xinhua.
“Jurang pemisah antara kedua pihak “tidak terlalu lebar” dan tak ada diragukan pada akhir perundingan `akan ada perbedaan besar antara posisi pembukaan dan penutupan`, seperti yang terjadi dalam perundingan apa pun,” kata Peres kepada Migiro, menurut siaran pers yang dikeluarkan kantornya di Jerusalem.
Mengenai rencana kelompok pro-Palestina untuk meluncurkan flotila lain ke Jalur Gaza, dengan tujuan “melanggar” blokade laut Israel, Peres mengatakan “hukum internasional mengizinkan satu negara mencegah masuknya kapal” yang belum diperiksa dan “jika ada kecurigaan kapal itu membawa senjata”.
Ia mengatakan ia telah berbicara mengenai masalah tersebut dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan meminta dia “berbicara dengan keras dan jelas” dalam menentang armada kapal lain ke daerah kantung Palestina itu.
Peres mengatakan kalau para pemimpin HAMAS mau mensahkan prinsip yang diletakkan oleh Kuartet Timur Tengah, Kota Gaza dapat berubah jadi “kota terbuka yang makmur, kota perdamaian”.
Migiro, yang sedang mengunjungi wilayah tersebut, mengatakan kunjungannya ke Jerusalem dimaksudkan untuk membina hubungan antara Israel dan PBB.
Migiro mengatakan PBB bekerja sama dengan masyarakat internasional guna mencapai penyelesaian konflik Palestina-Israel dengan dasar dua negara yang hidup berdampingan dalam kedamaian dan aman.
Namun sepertinya “perkataan diplomatis hanya sebuah komitmen untuk menghindari kecaman dunia internasional, dan menghindari sebutan PBB sebagai badan internasional yang mandul, jika berkaitan dengan isu Palestina dan Israel. (ant/rasularasy/arrahmah.com)