XINJIANG (Arrahmah.com) – Presiden Cina Xi Jinping mengklaim kebijakan yang dibuat untuk etnis Uighur di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR) merupakan hal yang tepat. Pernyataan tersebut diungkapkan di tengah kecaman dan kritik global karena Beijing dianggap terlalu menekan dan mendiskreditkan Umat Islam di Xinjiang.
Xi menyatakan dalam konferensi kerja di Xinjiang, bahwa “strategi Cina yang diterapkan di XUAR sepenuhnya benar dan harus tetap dijalankan untuk waktu yang lama”, ungkap sebuah laporan yang dikeluarkan oleh media pemerintah.
“Seluruh partai harus memperlakukan penerapan strategi Xinjiang sebagai tugas politik, dan bekerja keras untuk menerapkannya secara lengkap dan akurat untuk memastikan bahwa pekerjaan Xinjiang selalu berada dalam koridor politik yang benar,” kata Xi, sebagaimana dilansir RFA pada Senin (28/9/2020).
“Kita juga harus melanjutkan program Sinisasi Islam agar terwujud perkembangan agama yang sehat,” imbuhnya.
Pihak berwenang di Xinjiang diyakini telah menahan lebih dari 1,8 juta Muslim Uighur dan minoritas Muslim lainnya di kamp-kamp interniran yang tersebar di Xinjiang sejak April 2017.
Pada Oktober 2018, Cina mengakui keberadaan kamp-kamp tersebut, setelah sekian lama menyangkalnya, dan menyebutnya sebagai pusat pelatihan kejuruan sukarela yang didirikan untuk memerangi terorisme Islam radikal.
Koresponden RFA mendapati bahwa sebagian besar tahanan dimasukkan ke dalam kamp tersebut di luar keinginan mereka. Para tahanan juga mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dan dipaksa untuk menjalani indoktrinasi politik.
Ketika kritik internasional semakin meningkat, Otoritas Cina mulai menegaskan bahwa program tersebut akan dihentikan dan para tahanan dinyatakan lulus dan mendapat pekerjaan.
Namun dokumen milik Cina yang bocor, hasil penelitian dari citra satelit, dan laporan dari Xinjiang tidak hanya membantah klaim Beijing tetapi juga menguak program kerja paksa para tahanan dan mantan tahanan yang saat ini tengah dilakukan. (rafa/arrahmah.com)