SURABAYA (Arrahmah.com) – Fenomena Sandi, preman balita empat tahun asal Jawa Timur ini sungguh memprihatinkan. Meski bicaranya masih cadel, tidak bisa mengucapkan huruf “r,” Sandi sudah jadi perokok berat dan fasih ngobrol tentang seksual. Ia hafal tempat-tempat pelacuran, bahkan sesuai pengakuannya, preman bocah ini sudah bisa membanding-bandingkan “kelas pelacur” di beberapa lokalisasi, lantaran sering “menggauli” pelacur layaknya hubungan suami-istri. Para pemimpin, ulama dan seluruh rakyat Indonesia harus bertanggungjawab atas lahirnya Sandi, sang preman bocah di kota besar berjuluk Kota Pahlawan itu.
Sepekan ini, dunia maya di tanah air, khususnya Surabaya, digegerkan oleh beredarnya video di Youtube dan berbagai blog, bertajuk “Sandi si Preman Macan Paling Keren se-Indonesia, Preman Masa Depan.” Video berdurasi 3.56 detik yang tayang sejak Ahad (28/3/2010) ini menampilkan seorang bocah 4 tahun yang gemar merokok, doyan melacur, fasih bicara cabul bahkan mahir memperagakan adegan hubungan badan. Bak peneliti, preman bocah ini bahkan bisa menilai dan membandingkan beberapa tempat lokalisasi di Surabaya.
Dalam dialek khas Suroboyoan, Sandi berbincang-bincang santai yang diiringi gelak-tawa yang terpingkal-pingkal sebagai berikut:
Dewasa: Sandi nek gede dadi? (Sandi kalau sudah besar mau jadi apa?)
Sandi: Maling! (Jadi maling!)
Dewasa: Duwike digawe? (Uangnya buat apa?)
Sandi: M***lon. (Buat melacur)
Dewasa: Nang endi? (melacur di mana?)
Sandi: Ndek Dolly! (di Dolly, -lokalisasi terbesar di Surabaya)
Pria: Paling enak kecepet? (paling enak terjepit apa?)
Sandi: K***et! (terjepit alat kelamin wanita?)
Pria: Koen, Ndoly ambek Suko seneng sing endi le? (Sandi, kamu lebih suka mana, Dolly atau Suko?)
Sandi: Suko nggak enak, kandani kok. Wonge elek-elek. (Suko itu tidak enak, pelacurnya jelek-jelek)
Dewasa: Sing apik Ndoly tah? (Memangnya yang bagus itu Doly?)
Sandi: Iyo, ayu-ayu. (Iya, pelacurnya cantik-cantik)
Dewasa: Nok kono lapo engkok? (Apa yang kamu lakukan di Dolly?)
Sandi: Ng***ot!! (berhubungan badan dengan pelacur) Jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak, berulang kali menggoyang-goyangkan pantatnya maju-mundur, memperagakan adegan suami-istri.
Sandi lalu menghisap rokok dan mengepulkan asapnya dengan asyik, sehingga kepulan asap rokok itu membentuk bulatan-bulatan ke atas. Perbuatan ini dia lakukan berkali-kali. Sementara sejumlah orang dewasa di sekitarnya tertawa terbahak-bahak kegirangan.
Astagfirullah, na’udzubillah min dzalik. Mudah-mudahan jangan ada lagi Sandi-Sandi lain dalam keluarga dan lingkungan kita.
Preman Bocah Harus Diselamatkan
Menanggapi fenomena Preman Balita di Surabaya, Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA) Seto Mulyadi akan berkoordinasi dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur untuk segera menangani anak yang belum genap 4 tahun itu.
“Kita akan berkoordinasi supaya mereka menangani masalah ini segera,” kata Seto Mulyadi, Rabu (31/3).
Pria yang akrab disapa Kak Seto itu mengatakan, Sandi sebaiknya diperiksa baik secara psikis dan fisik. Sandi harus ditangani oleh psikolog anak untuk memperbaiki tingkah lakunya.
“Selain itu, sebaiknya juga dibawa ke dokter untuk diperiksa kesehatannya. Dia juga harus menjalani sejumlah terapi,” kata Kak Seto.
Kak Seto juga berharap, Sandi dapat segera pulih dan menjadi normal seperti anak-anak yang seusianya. “Kita harapkan ini bisa diatasi segera. Mohon semua pihak ikut membantu,” katanya.
Pihak yang sangat terkait untuk menyelamatkan Sandi, menurut Kak Seto adalah Ketua RT dan RW tempat Sandi tinggal.
“Ketua RT atau RW setempat harus segera melakukan upaya kongkrit untuk menyelamatkan dia,” kata dia.
Jika diperlukan, Ketua RT dan RW setempat dapat meminta bantuan polisi untuk menyelamatkan SW. “Ya kalau perlu, minta bantuan polisi saja dulu,” kata Kak Seto. “Jangan sampai dia terus menerus menjadi tontonan orang di sekitarnya. Ini harus dihentikan,” katanya.
Penyelamatan terhadap Sandi itu, kata Kak Seto, perlu dilakukan karena Sandi telah mengalami tiga kekerasan sekaligus yaitu fisik, psikologis dan dieksploitasi.
“Sudah secara psikologis diajari sesuatu yang tidak sesuai umur, dia juga diajari sesuatu yang membahayakan kesehatannya yaitu merokok,” jelas dia.
Yang lebih parah, Sandi juga mengalami kekerasan yang disebut eksploitasi anak. Dengan tingkah polah Sandi yang tidak biasa itu, orang-orang jadi ingin melihat.
“Lalu terjadilah eksploitasi. Ini memprihatinkan,” kata Kak Seto.
Lalu siapa yang salah? Kak Seto mengaku tidak ingin menyalahkan orang tua sepenuhnya. Menurutnya, kondisi lingkungan tempat Sandi tinggal juga sangat berpengaruh.
“Menyalahkan orang tua sepenuhnya tentu juga tidak bisa. Kita harus lihat apakah lingkungannya juga membiarkan atau tidak,” kata Kak Seto. [voa-islam/arrahmah.com]