GAZA (Arrahmah.id) – Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengumumkan pada Jumat (2/2/2024) bahwa mereka masih belum mengetahui nasib Hind (6) dan tim yang keluar untuk menyelamatkannya di Kota Gaza, meskipun lebih dari 95 jam telah berlalu sejak kejadian tersebut.
Asosiasi tersebut mengatakan, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di X : “Lebih dari 95 jam telah berlalu dan nasib tim ambulans Bulan Sabit Merah Palestina, Youssef Zaino dan Ahmed Al-Madhoun, yang keluar untuk menyelamatkan anak berusia 6 tahun itu (Hind), masih belum diketahui.”
🚨95 hours have passed and the fate of our colleagues Yousef Zeino and Ahmed al Madhoun from the PRCS ambulance team, who went to rescue the 6-year-old girl, Hind, remains unknown.
Where is Hind? Where are Yousef and Ahmed? Are they still alive? We want to know their fate.… pic.twitter.com/ugSG3c90gN— PRCS (@PalestineRCS) February 2, 2024
PRCS mengimbau komunitas internasional “untuk segera turun tangan menekan otoritas pendudukan agar mengungkap nasib Hind dan para tim penyelamat.”
PRCS menekankan bahwa “hukum humaniter internasional memberikan perlindungan terhadap warga sipil dan pekerja di bidang layanan kesehatan dan pekerjaan kemanusiaan.”
Pada Senin (29/1), kru ambulans dari Bulan Sabit Merah keluar untuk menyelamatkan dua orang anak, Layan (15) dan Hind (6), setelah mereka dikepung oleh tank dan tentara “Israel”, di dalam kendaraan yang mereka tumpangi bersama anggota keluarganya, menurut pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan oleh asosiasi.
Pada Selasa (30/1), sejumlah kru PRCS mengatakan, dalam klip video yang diunggah di X, bahwa lokasi kecelakaan berada di Kota Gaza, dekat pompa bensin “Fares” (sebelah barat kota).
Bulan Sabit Merah juga mengumumkan, pada Selasa (30/1), kematian Layan, ketika dia “berbicara di telepon dengan kru Bulan Sabit Merah, meminta bantuan, sementara Hind tetap terjebak di dalam kendaraan yang dikelilingi oleh tank dan tentara pendudukan.”
Tiga hari lalu, ibunda Hind menceritakan kejadian yang mengakibatkan kematian keponakannya, Layan, dan hilangnya Hind. Sang ibu mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia telah membiarkan putrinya pergi bersama Layan. Keluarga pamannya yang beranggotakan 6 orang berada di dalam mobil karena takut dibom. Dia menjelaskan bahwa dia selalu berhubungan dengan kedua gadis itu untuk meyakinkan diri mereka sendiri. Sebelum dia menerima kabar kematian Layan dan anggota keluarganya. (zarahamala/arrahmah.id)