PARIS (Arrahmah.com) — Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly menyerukan penyelidikan terkait kebocoran data intelijen rahasia yang disalahgunakan oleh Mesir. Data intelejen itu berisi pelacakan militan Islam di perbatasan dengan Libya yang membunuhi warga sipil.
Dilansir Reuters (23/11/2021), sebuah laman investigasi, Disclose, telah menerbitkan puluhan dokumen rahasia intelijen Prancis yang diberikan kepada Mesir. Dokumen tersebut berisi keterlibatan Prancis dalam serangan udara terhadap warga sipil dalam “operasi rahasia” bersama dengan Mesir di perbatasan Libya pada 2016-2018.
Operasi Prancis yang dikirim ke Mesir itu diberi nama sandi Operasi Sirli.
Pada saat itu, militer Prancis sedang melakukan penerbangan pengintaian di Libya untuk membasmi militan Islamic State (ISIS) yang aktif di perbatasan Libya.
Disclose mengatakan, setidaknya 19 pengeboman terhadap warga sipil terjadi antara 2016 hingga 2018.
Kementerian Pertahanan mengatakan, Mesir adalah mitra Prancis. Sejauh ini Prancis menjaga hubungan di bidang intelijen dan perang melawan terorisme.
“Selain itu, menteri pertahanan telah menuntut agar penyelidikan dilakukan terhadap informasi yang disebarluaskan oleh Disclose,” ujar pernyataan Kementerian Pertahanan Prancis.
Mesir menyalahgunakan informasi yang didapatkan untuk menargetkan penyelundupan manusia, penyelundupan barang seperti rokok dan makanan hingga senjata dan obat-obatan.
Satu catatan rahasia yang diterbitkan pada 22 Januari 2019 yang ditujukan kepada Menteri Angkatan Bersenjata Florence Parly menjelang kunjungan Macron ke Mesir, mengatakan, ada kasus penghancuran target yang terdeteksi oleh pesawat Prancis. Penting untuk mengingatkan Mesir bahwa, pengintaian pesawat bukanlah alat penargetan. (hanoum/arrahmah.com)