MALI (Arrahmah.id) — Oumeya Ould Albakaye, salah satu pemimpin senior Islamic State in Great Sahara (ISGS), telah berhasil ditangkap oleh pasukan Prancis di Mali.
Kabar itu disampaikan pada Rabu (15/6/2022) oleh militer Prancis yang telah secara bertahap menarik pasukannya dari Mali.
Mereka mengatakan sedang melakukan interogasi terhadap Albakaye dan setelah itu Albakaye akan diserahkan kepada pihak berwenang Mali.
Prancis yang pernah menjajah Mali, telah membantu mengatasi serangan para militan. Tapi hubungan kedua negara sedang memburuk dan pasukan Prancis yang berada di Mali sedang dalam penarikan untuk keluar dari negara tersebut.
Selama hampir 10 tahun, Mali telah diguncang oleh serangan kelompok militan ISGS. Mali saat itu meminta Prancis untuk membantu mengatasinya.
Setelah kelompok militan berhasil dipukul mundur, operasi kelompok militan kini tersebar di Gurun Sahel yang meliputi Chad, Niger, Burkina Faso, Mauritania dan Mali. Prancis meluncurkan Operasi Barkhane, termasuk lima negara tersebut yang bergabung dan membentuk kelompok G5.
“Pada malam 11-12 Juni, operasi pasukan Barkhane memungkinkan penangkapan Oumeya Ould Albakaye, seorang tokoh senior ISGS,” kata juru bicara militer Prancis dikutip dari France24 (15/6).
Operasi penangkapan terjadi ketika Prancis bersiap untuk menyelesaikan penarikan semua pasukannya dari Mali, yang telah membantu memerangi serangan dan pemberontakan pada militan.
Operasi penangkapan Albakaye oleh pasukan Barkhane itu dilakukan di dekat perbatasan antara Mali dan Niger.
Menurut NDTV, Kementerian Pertahanan Prancis menjelaskan operasi itu membutuhkan persiapan selama berminggu-minggu. Prancis bahkan mengerahkan unit-unit pasukan darat dan melibatkan angkatan udara.
Albakaye, selain sebagai tokoh senior, dia juga merupakan seorang ahli bahan peledak. Dia disebut bertanggungjawab sebagai kepala daerah dalam kelompok ISGS yang membawahi daerah Gourma di Mali dan Oudalan di Burkina Faso.
Albakaye juga dituduh bertanggungjawab atas berbagai serangan pelanggaran terhadap warga sipil di daerah tersebut.
Albakaye sendiri disebut pernah dilihat sebagai calon penerus utama ISGS setelah pemimpinnya yang bernama Adnad Abu Walid al-Sahrawai, tewas dibunuh pasukan Prancis pada Agustus 2021.
Menurut Al Jazeera, pasukan Prancis juga berhasil menyita ponsel dan senjata dalam operasi tersebut.
ISGS didirikan pada 2015 oleh Adnan Abu Walid al-Sahrawi. Dua tahun sebelumnya, pada 2013, Prancis melakukan intervensi atas pemberontakan militan di Mali yang berbatasan dengan Niger dan Burkina Faso.
Tapi kelompok militan itu berhasil berkumpul kembali untuk menyerang pemerintahan pusat Mali yang bergejolak. Pasukan Prancis membantu untuk memerangi dan mengusir militan keluar dari negara itu.
Namun hubungan Prancis dan Mali anjlok ketika kudeta militer mengguncang pemerintahan Bamako pada 2020 dan 2021. Dalam waktu kurang dari satu tahun, kudeta militer bahkan terjadi dua kali yang dipimpin oleh Assimi Goita.
Memburuknya hubungan tersebut yang membuat Prancis akan menarik semua pasukannya dari Mali secara bertahap dan akan selesai dalam beberapa bulan mendatang. (hanoum/arrahmah.id)