CHICAGO (Arrahmah.com) – Seorang Ustadzah dari Northwestern University mengatakan bahwa pramugari United Airlines memberikan komentar diskriminatif saat memberikan minuman kalengnya terbuka. Hal itu terjadi karena dia takut, penumpang Muslimah dalam penerbangan dari Chicago ke Washington D.C itu menjadikan penutup kaleng sebagai senjata. Demikian Chicago Sun Times melaporkan pada Sabtu (30/5/2015).
Tahera Ahmad, seorang dosen tamu dan direktur hubungan antar-agama, memposting pengalaman diskriminatifnya tersebut pada Facebook saat ia dalam penerbangan di hari Jum’at (29/5).
Ia memaparkan kepada follower-nya bahwa ia menangis saat kejadian itu berlangsung. Ia bahkan ditunjuk-tunjuk dan disumpahi oleh penumpang lain, yang juga mengatakan kalimat anti-Muslim.
Sebelumnya, Tahera Ahmad meminta sebuah Diet Coke. Lalu, pramugari memberinya sekaleng Diet Coke yang sudah dibuka.
Ketika Tahera meminta minuman kaleng yang belum dibuka, pramugari mengatakan, “Baik, saya minta maaf. Saya tidak dapat memberi sebuah kaleng yang tertutup, jadi tidak ada Diet Coke untuk Anda.”
Parmugari itu lalu memberikan sekaleng minuman yang belum dibuka tutupnya kepada penumpang lain, kata Tahera.
Tahera lantas menanyakan kembali, mengapa pramugari itu dapat memberi pria penumpang lainnya sekaleng minuman tertutup, sementara ia tidak diberi.
Pramugari itu menjawab, menurut Tahera,” Kami tidak berkewenangan memberikan kaleng minuman terbuka kepada penumpang, sebab mereka bisa saja menggunakannya sebagai senjata di salam pesawat.”
Tahera melanjutkan, bahwa ia merasa didiskriminasikan. Pramugari lalu itu segera menyabet kembali kaleng minuman penumpang pria dan membukanya sambil berkata, “Anda juga, jangan menggunakannya sebagai senjata.”
Tahera lantas bertanya kepada penumpang lain, apakah mereka menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Namun tetiba seorang pria penumpang lain menunjukinya dan berkata, “Kamu Muslim, kamu harus tutup mulut ‘#*%mu.”
Ucapan itu membuat Tahera tertegun kaget dan berkata, “Apa?”
Pria penumpang itu malah membungkuk bangun dari kursinya, menatap Tahera tajam dan berkata, “Ya kamu tahu kamu akan menggunakannya sebagai senjata, jadi tutup #%&*mu.”
“Saya merasakan kebencian pada suara dan matanya yang penuh amarah. Saya tidak bisa menahan tangis di pesawat ini, karena saya pikir orang-orang akan membela saya dan mengatakan sesuatu. Beberapa orang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan abai,” tulis Tahera pada Facebooknya.
Tahera mengatakan kepada the Sun-Times bahwa, ia pernah diludahi dan jilbabnya ditarik hingga copot pada serangan Islamofobia sebelumnya.
Namun, perilaku pramugari ini sungguh jahat, karena dia telah “menargetkannya di hadapan publik bahwa ia adalah ancaman bagi masyarakat.”
“Itu perasaan yang sangat mengerikan,” ujar Tahera, yang dibesarkan di Morton Grove.
Tahera mengatakan bahwa setelah itu, pramugari tersebut meminta maaf.
“Pramugari itu juga memberitahukan bahwa lelaki penumpang itu salah telah melakukan itu dan minta maaf jika perbuatannya telah memicu hal tersebut. Dia memberi tahu bahwa itu perbuatan tidak etis dan lelaki itu harusnya tidak mengatakan apapun,” paparnya.
Tahera menyatakan bahwa pilot juga meminta maaf dan mengantarkannya ke ruang pelayanan konsumen di Bandara Nasional Reagan untuk membuat pengaduan resmi.
Pada har itu, Tahera Ahmad sedang melakukan perjalanan menuju Washington D.C. guna menghadiri konferensi yang menghadirkan pemuda-pemudi “Israel” dan Palestina untuk “mempromosikan dialog dan perdamaian.”
Tak lama setelah posting itu, netizen segera membagi status Facebooknya, termasuk Ulama Texas Omar Suleiman dan Reporter senior Jamal Dajani. Banyak pula Twips yang mengampanyekan dukungan kepada Tahera dengan tanda pagar #UnitedforTahera.
Juru bicara United Airlines Charles Hobart mengatakan bahwa dia menghubungi Tahera Ahmad untuk “mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang apa yang terjadi selama penerbangan tersebut.”
Hobart juga mengatakan bahwa United mendiskusikan hal ini dengan Shuttle America, mitra regionalnya yang mengoperasikan Penerbangan 3504 dari Bandara O’Hare.
“United adalah perusahaan yang mendukung kuat perbedaan dan inklusi, dan kami juga mitra kami tidak mendiskriminasikan pegawai kami atau para pelanggan,” ujar Hobart dalam pernyataannya pada email.
Hingga Sabtu siang, Tahera tidak dihubungi lagi oleh pihak United Airlines.
(adibahasan/arrahmah.com)