JAKARTA (Arrahmah.com) – Pimpinan Pusat muhammadiyah mengeluarkan keputusan pembatalan acara dialog dengan tokoh Feminis asal Kanada Irshad Manji, Pembatalan tersebut dikeluarkan dalam bentuk surat bernomor 232/I.O/B/2012.
“Sesuai perjanjian dari penerbit Renebook, acara dialog dan pertemuan dengan Miss Irshad Manji, yang rencana dilaksanakan pada 4 Mei 2012 di gedung PP Muhammadiyah, jalan Menteng Raya No. 62, Jakarta; Dibatalkan” ungkap Sekretaris PP Muhammadiyah Dr.Abdul Mu’ti M’ed dalam suratnya tertanggal 1 Mei 2012.
Surat tersebut ditujukan kepada beberapa pihak diantaranya, anggota PP Muhammadiyah, Majelis dan lembaga PP Muhammadiyah, Ketua organisasi otonom Muhammadiyah tingkat pusat, Rektor Uhamka jakarta, dan UM Tangerang, Ketua STIE Muhammadiyah, STIE Ahmad Dahlan, dan STIMIK Muhammadiyah Jakarta serta di tembuskan kepada kantor PP Muhamadiyah di yogyakarta.
Sebagaimana diberitakan Irshad Manji salah seorang hendak mengunjugi Indonesia. Kunjungan tersebut direncanakan dalam rangka mengisi acara diskusi dan bedah buku yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bersama penerbit renebook pada hari Sabtu, 5 Mei 2012.
Selain akan berdiskusi di Sekretariat AJI Jakarta, Jalan Kalibata Timur IVG No. 10, Kalibata, Jakarta Selatan, Irshad Manji juga akan berdiskusi bertema “Menggugat Normativitas Tubuh dan Seksualitas: Iman, Cinta dan Kebebasan” di Balai Soedjatmoko, Solo, Selasa 8 Mei, Jam 17.00-20.00 yang diselenggarakan Jurnal Perempuan.
Irshad manji sendiri, merupakan tokoh feminis yang terkenal permusuhannya terhadap Islam. Salah satu penghinaan penganut lesbianisme ini terhadap islam dijelaskan oleh Dr.Adian Husaini, Ia mengatakan dalam bukunya (edisi Indonesia), Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini, dicantumkan pujian pada sampul depan:”Satu dari Tiga Muslimah Dunia yang Menciptakan Perubahan Positif dalam Islam.” Dalam buku ini, bisa ditemukan nada-nada penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan keraguan terhadap al-Quran.
“Sebagai seorang pedagang buta huruf, Muhammad bergantung pada para pencatat untuk mencatat kata-kata yang didengarnya dari Allah. Kadang-kadang Nabi sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa untuk menguraikan apa yang ia dengar. Itulah bagaimana “ayat-ayat setan” – ayat-ayat yang memuja berhala – dilaporkan pernah diterima oleh Muhammad dan dicatat sebagai ayat otentik untuk al-Quran. Nabi kemudian mencoret ayat-ayat tersebut, menyalahkan tipu daya setan sebagai penyebab kesalahan catat tersebut. Namun, kenyataan bahwa para filosof muslim selama berabad-abad telah mengisahkan cerita ini sungguh telah memperlihatkan keraguan yang sudah lama ada terhadap kesempurnaan al-Quran.” (hal. 96-97).
Cerita yang diungkap oleh Manji itu memang favorit kaum orientalis untuk menyerang al-Quran dan Nabi Muhammad saw. Cerita itu populer dikenal sebagai kisah gharanik. Riwayat cerita ini sangat lemah dan palsu. Haekal, dalam buku biografi Nabi Muhammad saw, menyebut cerita tersebut tidak punya dasar, dan merupakan bikinan satu kelompok yang melakukan tipu muslihat terhadap Islam. Karen Armstrong, dalam bukunya, Muhammad: A Biography of the Prophet juga membahas masalah ini dalam satu bab khusus. (bilal/arrahmah.com)