WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat telah menyimpulkan bahwa serangan akhir pekan terhadap fasilitas minyak Saudi diluncurkan dari tanah Iran dan rudal jelajah digunakan dalam serangan ini, kata seorang pejabat AS kepada AFP, Selasa (17/9/2019).
Komentar itu muncul ketika Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menuju ke Kerajaan pada hari yang sama (17/9)di tengah meningkatnya ketegangan setelah serangan.
Pejabat itu, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan Amerika Serikat sedang mengumpulkan bukti tentang serangan itu untuk disampaikan kepada komunitas internasional, terutama sekutu Eropa, di Majelis Umum PBB minggu depan.
Saat ditanya apakah Washington yakin bahwa rudal telah diluncurkan dari tanah Iran, pejabat itu menjawab, “Ya.”
Badan intelijen AS memiliki kemampuan untuk menentukan dari mana rudal diluncurkan, kata pejabat itu, namun menolak untuk mengatakan berapa banyak rudal yang ditembakkan.
“Saya tidak akan membahas perincian seperti itu,” kata pejabat itu.
Pada Selasa (17/8), Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman berbicara dengan perdana menteri Inggris Boris Johnson melalui telepon, dimana Johnson meyakinkan sang pangeran tentang pentingnya “respons global kolektif” terhadap serangan Aramco.
Serangan akhir pekan terhadap Abqaiq – fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia – dan ladang minyak Khurais di Arab Saudi bagian timur telah mengguncang pasar energi global.
Houtsi, yang didukung Iran, mengaku bertanggung jawab atas serangan hari Sabtu, tetapi Arab Saudi menuduh Iran sebagaimana halnya Presiden AS Donald Trump.
“Tentu saja, kelihatannya seperti Iran,” kata Trump, Senin (16/9).
Presiden mengatakan Amerika Serikat ingin membantu sekutu Saudinya meski ia tetap bersikukuh untuk menghindari perang.
Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan pada Selasa (17/9) bahwa Amerika Serikat sedang mengevaluasi bukti tentang serangan terhadap fasilitas minyak Saudi dan membela kepentingan dan sekutu di Timur Tengah. Jika Iran melakukan serangan itu untuk menekan Trump untuk mendukung rezim sanksi terhadap Teheran, mereka akan gagal, kata Pence.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat dan sekutunya telah meningkat sejak Mei tahun lalu ketika Trump membatalkan perjanjian nuklir 2015 dan mulai menerapkan kembali sanksi dalam kampanye “tekanan maksimum”. (Althaf/arrahmah.com)