WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat untuk pertama kalinya pada Selasa (17/3/2020) meminta Rusia bertanggung jawab atas kematian puluhan tentara Turki di Suriah karena negara itu berjanji akan bertanggung jawab.
Serangan udara bulan lalu di wilayah Idlib menewaskan 34 tentara Turki, meskipun Ankara menyalahkan pemimpin rezim Suriah Bashar Asad, dan mencapai kesepakatan gencatan senjata baru dengan Moskow.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, mengumumkan sanksi baru terhadap para pejabat rezim Suriah, menyalahkan Rusia, yang bersama dengan Iran telah mendukung Asad dalam usahanya untuk menghancurkan gerilyawan, lansir Zaman Alwasl.
“Kami yakin Rusia telah membunuh lusinan personel militer Turki dalam operasi militer mereka,” kata Pompeo kepada wartawan, tanpa menyebut insiden khusus.
“Kami mendukung sekutu NATO kami Turki dan akan mempertimbangkan langkah-langkah tambahan yang mendukung Turki pada akhir kekerasan,” klaimnya.
Para pengamat secara luas meragukan bahwa angkatan udara Asad dapat secara efektif menyerang pasukan Turki, tetapi sampai sekarang Amerika Serikat menjauhi menyalahkan Rusia.
Setelah pembunuhan, Turki membunuh puluhan pasukan rezim Asad sebagai pembalasan, tetapi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terbang ke Moskow untuk menegosiasikan gencatan senjata dengan mitranya Vladimir Putin yang memutuskan dilakukannya patroli gabungan Rusia-Turki.
Idlib telah menjadi medan pertempuran besar terbaru antara pasukan rezim Asad melawan Jihadi dan sekutu mereka, pejuang oposisi yang didukung oleh Turki.
Serangan yang diluncurkan pada bulan Desember menyebabkan krisis kemanusiaan baru dalam perang selama sembilan tahun yang brutal di Suriah dengan hampir satu juta orang melarikan diri di tengah musim dingin.
Pompeo mengumumkan sanksi baru terhadap Menteri Pertahanan rezim Suriah Ali Ayoub, menuduhnya menghancurkan gencatan senjata sebelumnya melalui ofensif.
“Tindakannya yang disengaja sejak Desember 2019 telah mencegah gencatan senjata untuk menguasai Suriah,” kata Pompeo.
Di bawah sanksi, semua aset Ayoub di AS dibekukan dan Amerika Serikat dapat menuntut siapa pun atas transaksi keuangan dengannya.
Para pejabat AS sebelumnya mengatakan, kematian pasukan Turki sebagai bukti bahwa Ankara harus berhati-hati dalam membangun hubungan dengan Rusia. (haninmazaya/arrahmah.com)