NUR SULTAN (Arrahmah.com) – Menteri luar negeri AS, Mike Pompeo, mendesak Kazakhstan pada Minggu (2/2/2020) untuk bergabung bersama Washington mendesak Cina terkait perlakuan kejinya terhadap minoritas Muslim di provinsi Xinjiang, sebuah isu sensitif bagi negara Asia Tengah yang sudah bersahabat cukup dekat dengan Beijing ini.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan Tiongkok telah menargetkan warga Uighur, Kazakh, dan kelompok etnis Muslim lainnya di wilayah barat laut Xinjiang dalam pengawasan ketat, penahanan sewenang-wenang, dan indoktrinasi paksa.
Cina adalah mitra dagang utama bagi negara Asia Tengah dan media yang dikuasai negara Kazakh umumnya menghindari pelaporan tentang pusat-pusat interniran di Xinjiang.
Pompeo, berbicara pada 2 Februari saat berkunjung ke Nur-Sultan, ibukota Kazakhstan, mengatakan ia mengangkat masalah itu dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Kazakhstan Mukhtar Tileuberdi.
Pompeo mengatakan keduanya membahas “keadaan lebih dari 1 juta Muslim Uighur dan etnis Kazakh yang ditahan Partai Komunis Tiongkok di Xinjiang, tepat di seberang perbatasan Kazakh.”
“Amerika Serikat mendesak semua negara untuk bergabung dengan kami dalam mendesak untuk segera mengakhiri penindasan ini,” tambah Pompeo. “Kami hanya meminta mereka untuk memberikan perlindungan dan suaka yang aman bagi mereka yang ingin melarikan diri dari Tiongkok. Lindungi martabat manusia.”
Tleuberdi, yang pemerintahnya sejauh ini menolak untuk mengkritik Cina atas Xinjiang, tidak berkomentar tentang masalah ini dan sebaliknya berfokus pada kerja sama ekonomi dan keamanan.
Pada Agustus 2018, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sekitar 1 juta orang Uighur dan anggota kelompok etnis asli lainnya di kawasan itu ditahan di “pusat kontra-terorisme”.
PBB mengatakan jutaan lainnya telah dipaksa masuk ke dalam apa yang disebut “kamp pendidikan ulang”. Cina menyangkal bahwa fasilitas tersebut adalah kamp interniran.
Pompeo bertemu para pejabat tinggi di bekas republik Soviet itu untuk menyatakan dukungan AS ketika Washington bersaing dengan Moskow mendapatkan pengaruh di wilayah tersebut.
Departemen Luar Negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kunjungan ke Kazakhstan bertujuan untuk menegaskan kembali “komitmen bersama untuk perdamaian, kemakmuran, dan keamanan di Asia Tengah.”
Washington telah melihat Kazakhstan yang kaya energi sebagai penyeimbang Rusia di Asia Tengah, dan perusahaan-perusahaan minyak AS telah berinvestasi miliaran dalam usaha patungan untuk mengembangkan ladang-ladang Laut Kaspia. (Althaf/arrahmah.com)