WASHINGTON (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Selasa (25/2/2020) mengatakan Amerika Serikat “sangat prihatin” Iran mungkin telah menutupi perincian tentang penyebaran coronavirus, dan dia meminta semua negara untuk “mengatakan yang sebenarnya”.
“Amerika Serikat sangat prihatin dengan informasi yang menunjukkan rezim Iran mungkin telah menekan rincian penting tentang wabah di negara itu,” kata Pompeo kepada wartawan.
Pemerintah Iran telah secara resmi mencatat 95 kasus di negara itu, dengan 15 orang meninggal. Namun, anggota parlemen Iran Ahmad Amirabadi Farhani mengatakan pada hari Senin (24/2) bahwa 50 orang telah meninggal hanya di kota Qom dan memperkirakan bahwa coronavirus telah menyebar lebih luas di Iran daripada yang diperkirakan sebelumnya. Kementerian Kesehatan Iran menolak nomor Amirabadi Farhani pada Senin sore (24/2), tetapi jumlah korbannya meningkat dari delapan menjadi 12 pada hari yang sama.
Seorang pakar mengatakan bahwa jumlah kasus di Iran bisa mencapai angka 1.500 kasus.
Perkiraan ini didasarkan pada angka kematian resmi Iran, yang mencapai 15 pada hari Selasa (25/2), dan perkiraan global, yang menempatkan tingkat kematian per kasus simptomatik pada kisaran 1 hingga 2 persen, menurut Dr. Marc Lipsitch, seorang profesor epidemiologi di Universitas Harvard.
“Jika kita berasumsi bahwa tingkat kematian per kasus berada di kisaran yang sama di Iran dengan di tempat lain, maka itu menyiratkan bahwa ada antara 750 hingga 1.500 kasus simptomatik di Iran. Tetapi itu akan membuat asumsi bahwa tingkat keparahan Iran mirip dengan tingkat keparahan di tempat lain,” kata Dr. Lipsitch dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya English, menambahkan bahwa perkiraan tersebut bisa salah jika orang yang terinfeksi tidak memiliki akses ke perawatan medis atau jika virus menyebar pada sekelompok orang yang berisiko mengalami komplikasi. (Althaf/arrahmah.com)