(Arrahmah.id) – Bank Dunia melaporkan bahwa polusi udara merenggut nyawa sekitar 5,7 juta orang setiap tahunnya, dengan 95% kematian terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dalam sebuah laporan berjudul Accelerating Access to Clean Air on a Livable Planet, Bank Dunia memperkirakan bahwa polusi udara menyebabkan kerugian ekonomi yang setara dengan sekitar 5% dari produk domestik bruto (PDB) global akibat dampaknya terhadap kesehatan, penurunan produktivitas dan berkurangnya harapan hidup.
“Pendekatan terpadu -misalnya, merancang dan mengurutkan kebijakan yang mencapai berbagai tujuan seperti kemandirian energi atau pengurangan emisi, bersama dengan langkah-langkah untuk mengurangi polusi udara- dapat mengurangi separuh jumlah orang yang menghirup polusi udara yang tidak sehat pada tahun 2040,” katanya, seperti dilansir Anadolu (28/3/2025).
Mayoritas polusi udara di luar ruangan dalam skala global disebabkan oleh aktivitas manusia, tulis laporan tersebut.
Perubahan kebijakan di bidang-bidang yang berkontribusi terhadap polusi udara, seperti pertanian, pembangunan perkotaan, transportasi, industri, memasak dan pemanasan rumah tangga, dapat membantu mengurangi materi partikulat yang berbahaya di udara.
“Negara-negara perlu memiliki sistem data yang akurat, dapat diandalkan, tepat waktu, partisipatif, dan transparan untuk memantau kualitas udara dan menilai efektivitas kebijakan,” kata laporan itu.
Kebijakan yang mencapai berbagai tujuan pada saat yang bersamaan, seperti langkah-langkah yang mendukung kemandirian energi atau mengurangi emisi sekaligus mengurangi polusi udara, dapat menawarkan solusi yang efisien dan hemat biaya untuk masalah ini.
Selain itu, manfaat ekonomi dari kebijakan pengelolaan polusi terpadu diperkirakan mencapai $2,4 triliun pada tahun 2040. (haninmazaya/arrahmah.id)