(Arrahmah.com) – Kesenjangan kualitas udara antara negara-negara kaya dan miskin terus meningkat, laporan baru oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan.
Kualitas udara di negara-negara yang lebih makmur perlahan-lahan menjadi lebih baik, sementara di negara-negara miskin semakin buruk, studi yang dirilis pada Rabu (2/5/2018) mengatakan, seperti dilansir Al Jazeera.
“Polusi udara mengancam kita semua, tetapi orang-orang yang paling miskin dan paling terpinggirkan menanggung beban berat,” Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Tidak dapat diterima bahwa lebih dari tiga miliar orang-kebanyakan anak-anak dan perempuan-masih menghirup asap mematikan setiap hari dari penggunaan tungku dan bahan bakar yang mencemari di rumah-rumah mereka,” tambahnya.
Total 90 persen orang di seluruh dunia menghirup udara yang tercemar yang membunuh sekitar tujuh juta per tahun, WHO memperkirakan.
Badan kesehatan melakukan penelitiannya dengan membandingkan jumlah partikel kecil di udara.
Partikel-partikel ini memasuki paru-paru dan sistem kardiovaskular dan dapat menyebabkan kanker, masalah pernafasan dan peyakit paru obstruktif kronik.
Sebagian besar kematian setiap tahun-lebih dari 90 persen-terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah di Asia dan Afrika.
Menurut data, kualitas udara yang terburuk ada di Timur Tengah, Asia dan Afrika.
Masalah besar di wilayah ini adalah kurangnya akses ke bahan bakar dan teknologi memasak yang bersih di rumah mereka, yang mengarah ke polusi udara di dalam rumah.
Hal-hal lain yang mempengaruhi kualitas udara secara global adalah polusi industri seperti transportasi dan pertanian intensif.
Tetapi WHO juga mencatat beberapa tren positif.
Dikatakan bahwa kualitas udara di negara-negara kaya telah berangsur-angsur membaik dalam beberapa tahun terakhir, sementara pemerintah mengambil masalah polusi udara lebih serius, menerapkan aturan dan hukum untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah ini. (haninmazaya/arrahmah.com)