JAKARTA (Arrahmah.com) – Kondisi Poso, Sulawesi Tengah yang masih terus panas membuat Mabes Polri memutar otak. Markas korps baju coklat itu menyakini jika penanganan kekerasan di Poso tidak bisa didekati hanya dengan penegakan hukum semata. Sebuah operasi khusus akan segera digelar di kota pesisir itu.
“Insyaallah akan kita buat (operasi khusus) secepatnya di sana. Namun bukan hanya operasi penegakan hukum, tapi operasi untuk merebut hati rakyat. Polri akan menjadi penjurunya,” kata Kapolri Jenderal Timur Pradopo, di Mabes Polri, Rabu (26/12) pagi, usai melantik sejumlah perwira tinggi Polri.
Timur tidak menyangkal jika operasi khusus ini semacam Operasi Sintuwo Maroso yang pernah digelar di Poso pada 2001 dan digelar hingga beberapa kali. Sejauh ini kasus Poso hanya ditangani oleh Polda Sulteng dibantu Densus 88/Antiteror, dan Brimob Mabes Polri tanpa sebuah payung operasi khusus. “Namun, sekali lagi, kita akan lebih mengedepankan untuk merebut hati rakyat,” tegas Kapolri.
Timur mengatakan jika Poso mempunyai historis sebagai kota yang pernah dikoyak konflik. “Kita tak ingin Poso seperti dulu. Pelaksanaan keamanan di sana harus kondusif,” imbuh dia.
Untuk menangani Poso, Timur melanjutkan, pihaknya akan dibantu intelijen dan departemen terkait lainnya. Itu supaya penanganan permasalahan Poso menjadi utuh.
Wakapolri Komjen Nanan Soekarna menambahkan jika yang paling urgen adalah memisahkan antara kelompok radikal dengan masyarakat kebanyakan. “Tolong dibantu oleh media. Kabareskrim (Komjen Sutarman) juga sedang di Poso untuk urusan ini,” tambahnya.
Di tempat yang sama, Wakapolri Komjen Nanan Soekarna menekankan operasi di Poso membutuhkan mental dan nyali tangguh anggota Korps Bhayangkara. “Memang sudah risiko sebagai petugas, harus siap,” kata Nanan.
Dia tak menampik, serangan yang sporadis di Poso membuat nyali dan mental anggota terpengaruh. “Karena itu, kita sudah tekankan, kalau ada yang merasa takut, bilang ke atasan, ” kata Nanan.
Informasi yang dihimpun ini, tidak semua anggota Polri semangat ditugaskan ke Poso. Bahkan, ada beberapa yang mengajukan keberatan dengan cara mengajukan izin cuti. “Pokoknya kalau ketakutan mending mundur saja deh,” ujar mantan Kadivhumas Polri ini.
Tentang pengembangan penyelidikan bom maupun penembakan Brimob, polisi mengaku sudah ada titik terang. “Kita mulai dari pelacakan bahannya, sudah ada informasi yang mengarah ke pelaku dan kelompok,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar.
Bahan berupa pupuk urea dalam kemasan jerigen dimampatkan di dalam tas ransel. “Kelompok ini mulai susah mencari suplai bahan dari luar negeri, karena itu menggunakan campuran urea nitrat. Kita masih dalami,” katanya. (bilal/dbs/arrahmah.com)