JAKARTA (Arrahmah.com) – Kepolisian RI membantah pernyataan situs pembocor kawat diplomatik yang dirilis Wikileaks yang mengungkapkan ‘hubungan dekat’ antara Polri dan Front Pembela Islam (FPI).
“Data Wikileaks tidak benar dan tidak akurat serta tidak didapatkan melalui fakta,” kata Kabag Penum Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar ketika dihubungi, Minggu (4/9/2011).
Boy mengatakan informasi dari Wikileaks tidak dapat dipercaya karena hanya bersumber dari omongan orang. “Analisis mereka sangat sumir belum layak dipercaya,” katanya.
Boy mengungkapkan bahwa Polri telah meminimalisir meningkatnya kasus-kasus kekerasan yang berkaitan dengan FPI, selain itu penanganan kasus yang dilakukan oleh Polri selama ini sudah sesuai dengan penegakan hukum yang berlaku.
“Masyarakat sudah cerdas. FPI merupakan ormas yang berkembang di masyarakat. Polri institusi Negara, hubungannya sebagai mitra yang sifatnya positif untuk kepentingan bangsa,” ujarnya.
“Hubungan Polri dengan FPI adalah hubungan penegak hukum dengan kelompok masyarakat. Polri melayani masyarakat tentu mereka adalah mitra kami dalam hal menegakkan nilai hukum,” tambahnya.
Boy menyatakan selama ini bila oknum masyarakat yang melanggar hukum secara personal dan kelompok akan diadili dengan proses hukum yang berlaku.
“Silakan lihat sendiri apa yang pernah ada. Kalau ada yang keliru dari orang-orang yang melakukan pelanggaran, penegakkan hukum tetap berjalan,” kata dia.
Boy menambahkan tidak melakukan tebang pilih dalam melakukan penegakan hukum. Dengan mengatakan, “Baik pribadi ataupun kelompok kami proses hukum, kita tidak ada tebang pilih. Coba diingat-ingat lagi, apakah Polri pernah tidak melakukan proses hukum terhadap oknum-oknum yang melanggar hukum,”.
Seperti diketahui, telegram rahasia yang dirilis wikileaks mengungkapkan bahwa mantan Kapolri yang kini menjadi Kepala BIN, Jenderal (Purn) Sutanto, adalah tokoh yang telah mendanai FPI.
“Yahya Asagaf, seorang pejabat senior BIN mengatakan, Sutanto yang saat itu menjadi Kapolri menganggap FPI bermanfaat sebagai ‘attack dog’,” ungkap telegram rahasia yang dipublikasikan oleh Wikileaks itu.
Belakangan menanggapi hal tersebut, FPI melalui Munarman mengungkapkan bahwa Yahya Assegaf adalah penghianat Negara, Karena telah menjual informasi Negara ke kedutaan Negara lain. Selain itu Munarman juga mempertanyakan Wikileaks yang tak pernah mempublikasikan dokumen terkait Israel.
“Sampai saat ini, tidak pernah ada bocoran kawat diplomatik tentang Israel, ada apa dengan pola Wikileaks ini,” tanya Munarman. (dbs/arrahmah.com)