ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Seorang politisi Pakistan yang sebelumnya merupakan atlet cricket profesional, Imran Khan, mengecam Presiden Pakistan Asif Ali Zardari sebagai “antek impoten” Amerika dan mengatakan bahwa Amerika Serikat akan “membunuh banyak orang” dalam perang melawan teror di negaranya.
Khan, seorang lulusan Universitas Oxford, mengobarkan emosi rakyat dengan isu anti-Amerika dan mengkritik pemerintah Pakistan yang memfasilitasi serangan bom pesawat-pesawat tanpa awak milik AS.
Mantan pemain cricket internasional ternama yang kini berusia 58 tahun itu menyebut perang di Afghanistan sebagai perang yang “paling gila dan tidak bermoral”.
Dalam wawancaranya dengan Guardian yang dimuat Minggu (18/9), Imran Khan mengatakan bahwa perang itu tidak akan dapat dimenangkan oleh pasukan asing karena membunuh banyak rakyat Afghanistan dan sebagai konsekuensinya menyuburkan radikalisasi.
“Soviet membunuh lebh dari satu juta orang di Afghanistan. Mereka bahkan bertempur lebih keras dibanding awal perang. Jelas sekali, meskipun satu juta orang diambil dari 15 juta penduduk (Afghanistan) mereka masih sanggup bertempur.”
Dalam kritiknya terhadap serangan bom pesawat tanpa awak milik AS, Khan menyelipkan kekesalannya atas dunia internasional yang kurang mengakui kontribusi Pakistan dalam perang melawan teror.
“Kepala CIA (Leon) Panetta mengatakan bahwa Pakistan tidak kompeten dan terlibat melindungi Usamah bin Ladin,” kata Khan. Padahal 35.000 orang telah dibunuh di Pakistan dalam perang yang tidak ada hubungannya dengan Pakistan.
Khan menyebut kehadiran Usamah dan pembunuhan atas Usamah bin Ladin di wilayah Pakistan merupakan suatu penghinaan bagi negaranya.
“Kemanapun saya pergi, saya merasakan kemarahan orang-orang. Hal itu sangat memalukan, sebab presiden AS yang mengumumkannya, bukan presiden kami. Karena yang membunuhnya adalah pasukan AS bukan pasukan kami. Sementara negeri ini telah berkorban banyak.” kata Khan.
Menurut Khan, bantuan finansial yang diberikan Washington kepada “pemerintah boneka” Pakistan menghancurkan negaranya.
“Kami menggunakan tentara kami untuk membunuhi rakyat kami dengan uang Amerika,” kata Khan, pemimpin partai PTI (Pakistan Tehreek-e-Insaf).
Jika keadaan seperti itu terus berlangsung, Khan memperkirakan rakyat Pakistan akan mengalami penderitaan yang sama seperti saat dijajah Inggris. Bedanya sekarang, mereka berada dalam “era neokolonisasi.”