DAMASKUS (Arrahmah.com) – Seorang politikus Kurdi terkemuka tewas dalam serangan bom mobil di kota Qamishli, timur laut Suriah dekat dengan perbatasan Turki.
Isa Huso adalah anggota Dewan Agung Kurdi yang bertujuan menyatukan kelompok Kurdi Suriah.
Kelompok milisi Kurdi utama kemudian mengeluarkan seruan angkat senjata bagi seluruh Kurdi untuk melawan Jihadis yang beroperasi di utara.
Peristiwa ini terjadi setelah berminggu-minggu kontak senjata antara Kurdi dengan kelompok Jihadi.
Huso baru saja meninggalkan rumahnya di kota perbatasan ketika bom yang ditanam di mobilnya meledak, ujar sumber-sumber Kurdi kepada kantor berita Reuters.
Belum jelas siapa yang berada di balik serangan ini, namun pihak Kurdi menuduh Mujahidin yang melakukannya.
“Tidak ada yang tahu siapa yang membunuhnya namun jari menunjuk ke kelompok ‘militan’,” klaim Massoud Akko, tetangga Isa Huso.
Menanggapi pembunuhan Huso, pejuang Kurdi yang dikenal dengan Popular Protection Units (YPG) mengeluarkan seruan untuk angkat senjata.
“YPG meminta semua orang yang bisa membawa senjata untuk bergabung dalam barisan mereka, untuk melindungi daerah-daerah yang mereka kontrol dari serangan Daulah Islam Irak, An-Nushrah dan batalion lainnya,” ujar laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di London.
YPG mengklaim tidak berafiliasi dengan kelompok politik manapun, ia didirikan untuk melindungi daerah-daerah matoritas Kurdi.
Dalam beberapa bulan terakhir, mereka berperang melawan Mujahidin termasuk dari kelompok Jabhah an-Nushrah.
Minoritas etnis Kurdi Suriah sejak protes anti-pemerintah meletus pada Maret 2011, mereka pun melakukan aksi protes serupa.
Menanggapi gelombang protes tahun 2011, pemerintah rezim Assad menetapkan sejumlah konsesi dan memberikan Kurdi wilayah di timur, Hasaka.
Pada pertengahan 2012, pasukan Assad mundur dari wilayah-wilayah mayoritas Kurdi dan menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada milisi Kurdi di sana. (haninmazaya/arrahmah.com)