WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden AS Barack Obama, lagi-lagi memperbarui komitmennya untuk ‘mengencangkan’ hubungan AS dengan dunia Islam, serta ia pun bersumpah tidak akan menghentikan upaya AS untuk mempromosikan perdamaian di Timur Tengah, meminimalisasi kekerasan, dan meningkatkan pembangunan ekonomi.
Sebagai tindak lanjut atas pidatonya di Kairo Juni tahun lalu, Barack Obama telah memanfaatkan Pertemuan Presiden tentang Kewirausahaan – sebuah konferensi bisnis Muslim yang diadakan oleh pemerintah AS – untuk menggarisbawahi apa yang telah dilakukan pemerintahannya selama ini dan berjanji akan berusaha keras untuk mengatasi ketidakpercayaan dunia Muslim terhadap AS.
“Saya tahu bahwa visi ini tidak akan bisa dipenuhi dalam waktu satu tahun, atau bahkan beberapa tahun. Tapi saya tahu kita harus memulainya dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk memenuhinya,” kata Obama di hadapan 250 orang pebisnis dari lebih dari 50 negara di Washington DC pada hari Senin (26/4).
Pengembangan Bisnis
Fokus pada pengembangan bisnis ditandai strategi administrasi Obama mencoba untuk memperluas percakapan dengan dunia Muslim di luar agenda perang melawan ‘terorisme’ yang mendominasi pendekatan era George Bush.
Obama mengumumkan serangkaian upaya, termasuk program pertukaran bagi perempuan dalam bidang teknologi dan bagi para teknolog dari Silicon Valley untuk berbagi keahlian mereka.
Dia mengatakan teknologi global dan dana inovasi yang disediakan AS akan berpotensi untuk dapat memobilisasi dari pada modal swasta yang besarnya 2 milyar dolar.
Pertemuan ini pun dihadiri oleh menteri perdagangan AS Gary Locke, menteri luar negeri Hillary Clinton, menteri pendidikan Arne Dunca, dan pejabat senior AS lainnya.
Sektor swasta diwakili oleh Jerry Yang pendiri Yahoo!, Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank, dan Arif Naqvi, kepala Abraaj Capital, perusahaan ekuitas swasta terbesar di Timur Tengah.
Dalam pidatonya, Obama juga menyebutkan beberapa isu yang menimbulkan perdebatan. Dia mengakui “telah sering menjadi sumber ketegangan”.
Obama mengakui banyak Muslim kecewa dengan kegagalannya sejauh ini untuk melanjutkan perdamaian Israel-Palestina meskipun ia menjanjikan di hari pertamanya di kantor untuk membuat pembicaraan itu menjadi prioritas utama.
“Meskipun dengan kesulitan yang tak terelakkan, selama saya presiden, Amerika Serikat tidak akan pernah goyah dalam mengejar terwujusdnya solusi dua-negara yang menjamin hak-hak dan keamanan Israel dan Palestina,” katanya.
Tapi dia tidak menawarkan inisiatif baru untuk menghidupkan kembali perundingan.
Obama juga menegaskan bahwa AS bertanggung jawab mengakhiri perang di Irak, Afghanistan, Pakistan, dan negara lainnya. Sehingga konferensi ini ia harapkan akan menjadi ajang AS untuk menjalin kemitraan baru yanga dapat mengisolasi ekstrimisme dan korupsi, dan mendorong pembangunan guna meningkatkan kehidupan masyarakat.
Clovis Maksoud, mantan duta besar Liga Arab di PBB, mengatakan warga Muslim dan Arab sejauh ini bersedia menerima tawaran Obama.
“Orang-orang Arab merasa, setidaknya, bahwa segala macam inisiatif mungkin hasil positif tertentu,” katanya kepada Al Jazeera.
Namun, selama masalah Palestina-Israel tidak terpecahkan, maka masih akan ada banyak kesulitan AS, klaim Maksoud. (althaf/alj/arrahmah.com)